^^

Pages

Jumat, 18 Mei 2012


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah

Diare seringkali dianggap penyakit yang biasa dan sering dianggap sepele penanganannya. Pada kenyataanya diare dapat menyebabkan gangguan sistem ataupun komplikasi yang sangat membahayakan bagi penderita. Beberapa di antaranya adalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, shock hipovolemia, gangguan berbagai organ tubuh, dan bila tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan kematian. Dengan demikian menjadi penting bagi perawat untuk mengetahui lebih lanjut tentang diare, dampak negative yang ditibulkan, serta upaya penanganan dan pencegahan komplikasinya.

Pada kasus pemenuhan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, sebenarnya masih ada diagnosa keperawatan yang mungkin muncul. Tetapi pada kasus ini difokuskan pada kasus diare, sehingga tindakan keperawatan lebih banyak diarahkan pada rehidrasi pasien, dan ternyata  banyak sekali yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan.

B.     Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai pada penulisan makalah ini adalah :
1)     Meningkatkan pemahaman tentang diare
2)     Mengidentifikasi masalah keperawatan yang berhubungan dengan adanya    gangguan cairan dan elektrolit pada klien diare
3)     Mengidentifikasi tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit pada klien diare.






BAB II
LANDASAN TEORI

1.      Fisiologi Usus Besar
Kolon atau usus besar terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid yang bermuara di rektum dan anus. Arteri yang memperdarahi usus besar meliputi eteri mesenterika superior (untuk kolon bagian kanan), arteri mesenterika inferior (untuk kolon bagian kiri), serta arteri hemoroidales. Sistem saraf yang mempengaruhi kerja usus besar adalah sisten saraf otonom kecuali spingter eksterna oleh sistem saraf volunter.
Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorpsi air dan elektrolit yang sebagian besar berlangsung di usus besar bagian kanan, fungsi sigmoid sebagai reservoir untuk dehidrasi massa feses sampai defekasi berlangsung. Sekresi kolon merupakan mukus dan HCO3, mukus bekerja sebagai pelumas dan melindungi mukosa kolon sedangkan HCO3 berperan dalam kestabilan jumlah bakteri dalam kolon dan menjaga tingkat keasaman dalam kolon,  pada peradangan usus, peningkatan sekresi mukus yang banyak sekali mungkin bertanggung jawab akan kehilang protein dalam feses, juga menyebabkan kehilangan HCO3 yang bertanggung jawab terhadap sebagian gangguan keseimbangan asam basa.
Bakteri dalam kolon melakukan banyak fungsi yaitu mensintesis vitamin K dan beberapa vitamin B, serta melakukan pembusukan sisa makanan yang tidak bisa diabsorpsi usus halus. Selama proses pembusukan dihasilkan berbagai peptida, indol, skatol, fenol dan asam lemak serta beberapa gas (amonia, H2, H2S, dan CH4). Sebagian zat-zat ini dibuang bersama feses dan yang lainnya diabsorpsi dan ditransfor ke hati untuk diubah menjadi senyawa yang kurang toksik dan diekskresi melalui urin.

2.      DIARE
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Menurut Haroen N, S. Suraatmaja, dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja. Menurut C.L Betz, dan L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus. Menurut Suradi, dan Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Enteritis adalah infeksi yang disebabkan virus maupun bakteri pada traktus intestinal (misalnya kholera, disentri amuba). Diare psikogenik adalah diare yang menyertai masa ketegangan saraf / stress.

A.    Etiologi Diare
a.     Faktor infeksi : Bakteri, virus, parasit, kandida
b.     Faktor parenteral : infeksi di bagian tubuh alin (OMA sering terjadi pada anak-anak)
c.      Faktor malbabsorpsi : karbohidrat, lemak, protein
d.    Faktor makanan : makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran yang dimasak kurang matang, kebiasaan cuci tangan
e.      Faktor psikologis : rasa takut, cemas.

B.     Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah adanya peningkatan bising usus dan sekresi isi usus sebagai upaya tubuh untuk mengeluarkan agen iritasi atau agen infeksi. Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare dan absorpsi air serta elektrolit terganggu. Sebagai homeostasis tubuh, sebagai akibat dari masuknya agen pengiritasi pada kolon, maka ada upaya untuk segera mengeluarkan agen tersebut. Sehingga kolon memproduksi mukus dan HCO3 yang berlebihan yang berefek pada gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi darah.

C.    Manifestasi klinis
a.       Bising usus meningkat, sakit perut atau mules
b.      Diare, vomitus, tanda dehidrasi (+)
c.       Asidosis, hipokalemia, hipotensi, oliguri, syok, koma
d.      Pemeriksaan mikro organisme (+) ( misalnya amoeba)
e.       Bisa ada darah dan mukus (lendir) dalam feses (misalnya pada disentri amuba)

D.    Komplikasi pada diare
Menurut Bongard (2002), ada 5 komplikasi utama yang muncul pada kasus diare, yaitu:
a.     Dehidrasi
Dehidrasi RinganKehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.
Dehidrasi SedangKehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak,  presyok nadi cepat dan dalam.
Dehidrasi BeratKehilangan cairan 8 – 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
b.    Renjatan hipovolemik
Ringan (kehilangan cairan < 20% volume darah); pasien mengeluhkan perasaan dingin, perubahan tekanan darah dan nadi,  kulit pucat, dingin, lembab, flat neck veins, urin pekat
Sedang (defisit 20-40 % dari volume darah); pasien mengaluh haus, tekanan darah turun pada posisi supine, oliguria.
Berat (defisit cairan >40 % volume darah); pasien tampak gelisah, lemah, bingung, obtune,tekanan darah rendah dan nadi tak teraba, takhipnea, jika progres berlanjut terjadi cardiac arrest.
c.     Kejang
d.    Bakteriemia
e.     Malnutrisi
f.     Intoleran sekunder akibat kerusakan mukosa usus (perforasi)


E.     Penatalaksanaan
a.       Banyak minum
b.      Rehidrasi perinfus
c.       Antibiotika yang sesuai
d.      Diit tinggi protein dan rendah residu
e.       Obat anti kolinergik untuk menghilangkan kejang  abdomen
f.       Tintura opium dan paregorik  untuk mengatasi diare (atau obat lain)
g.      Transfusi bila terjadi perdarahan
h.      Pembedahan bila terjadi perforasi
i.        Observasi keseimbangan cairan
j.        Cegah komplikasi

F.     Terapi cairan (intra vena)
a.       Pungsi vena (pemasangan infuse)
Pemilihan dan pengkajian vena yang hati-hati adalah penting untuk prosedur yang berhasil. Pemilihan tersebut adalah
·         Gunakan vena-vena distal terlebih dulu
·          Gunakan lengan pasien yang tidak dominan jika mungkin
·         Pilih vena-vena diatas area fleksi
·          Pilih vena yang cukup besar untuk memungkinkan aliran darah yang adekuat
·         Pastikan bahwa lokasi yang dipilih tidak akan mengganggu aktifitas pasien sehari-hari.
·         Pilih lokasi yang tidak akan mempengaruhi pembedahan atau prosedur-prosedur yang direncanakan
Prosedur pemasangan kateter IV (infuse)
·         Persiapan alat ; kateter IV (ukuran disesuaikan), infuset, tiang infus, transparant dressing, sarung tangan, torniquet, kapas alkohol (povidon iodin), baki dan alas tindakan, bak steril, cairan infus yang dibutuhkan.
·          Cuci tangan
·          Pilih vena yang paling baik
·         Pasang alas tindakan
·          Pakai sarung tangan
·         Pasang tourniquet
·         Fiksasi vena; letakan ibu jari anda diatas vena untuk mencegah pergerakan dan untuk meregangkan kulit melawan arah penusukan
·         Tusuk vena
·         Rendahkan jarum sampai hampir sejajar dengan kulit
·         Dorong kateter ke depan vena kira-kira ¼ sampai ½ inci sebelum melepas stylet; lepaskan regangan kulit, pegang stylet, dan dorong kateter
·         Lepaskan torniquet dan tarik stylet
·         Pasang ujung selang infus atau tutup injek intermiten
·         Pasang transparant dressing dan fiksasi dengan plester
·         Beri label pada tempat pemasangan
·          Bereskan alat
·         Cuci tangan

b.      Cairan Intravena (IV)
Cairan IV diklasifikasikan sebagai larutan isotonik, hipotonik, atau hipertonik yang tergantung pada efek cairan dan komponen cairan intra sel (CIS) dan cairan ekstra sel (CES).
1)     Larutan isotonik
Larutan isotonik digunakan untuk menambah volume CES. Larutan ini mengandung konsentrasi larutan yang sama dengan cairan tubuh dan menghasilkan tekanan osmotik yang sama dengan CES dalam keadaan normal atau stabil.
Larutan NaCl 0,9%, RL, dan dextrose 5% semua berfungsi sebagai larutan isotonik. Jika larutan isotonik diinfuskan kedalam sistem intravaskuler, volume cairan meningkat. Satu liter larutan isotonik menambah CES dengan satu liter, tiga liter cairan isotonik diperlikan untuk mengganti 1 liter darah yang hilang.
Berdasarkan konsentrasinya, larutan isotonik dibedakan menjadi larutan kristaloid (untuk dehidrasi) dan larutan koloid (untuk hipovolemia. Larutan koloid bisa bertahan didalam sistem vaskuler > 20 jam.
2)     Larutan hipotonik
Larutan hipotonik menghasilkan tekanan osmotikyang lebih randah daripada CES. Infus cairan hipotonik yang berlebihan dapat menyebabkan deplesi cairan intravaskuler, hipotensi, edema seluler dan kerusakan sel.
Karena larutan ini dapat menyebabkan komplikasi yang serius, pasien dan infus harus dipantau dengan teliti. NaCl 0,45% dan 0,3% memberikan air, natrium dan klorida bebas untuk membantu ginjal dalam mengekskresi solut.
Jangan memberikan aquabidest secara intravena kecuali bila digunakan sebagai pengencer obat karena akan memberikan efek sangat hipotonik pada sel darah dan dapat mengebabkan lisis sel darah merah.
3)     Larutan hipertonik
Larutan hipertonik menghasilkan tekanan osmotik yang lebih besar daripada CES, digunakan untuk menggeser CES ke dalam plasma darah dengan melakukan difusi cairan dari jaringan untuk menyamakan solut dalam plasma. Kelebihan cairan hipertonik yang cepat dapat menuebabkan kelebihan (overload) sirkulasi dan dehidrasi. Cairan IV hipertonik adalah Dextrose 5% dalam NaCl 0,9%, dekstrose 5% dalam RL, dextrose 10% dan yang lebih besar lagi.


c.       Cara penghitungan cairan, dosis obat dan koreksi elektrolit
Perhitungan kecepatan aliran perlu untuk melengkapi pemberian cairan dan obat-obat IV yang aman.
1.      Perhitungan kecepatan aliran infus (Brunner dan Suddarth, 2007)
Hal yang perlu diperhatikan; voluke cairan yang diinfuskan, waktu infus total, kalibrasi set pemberian yang digunakan (jumlah tetesan/ml dalam paket infuset), menggunakan rumus sebagai berikut
Gtt/mnt dari set x volume total per jam = gtt/mnt
                                    60 mnt
2.      perhitungan obat inotropik/norepineprin (Terapi Intravena, 1998)
Dosis(µg) x KgBB x mnt = ......cc/jam              K= terlarut (µg)
                                                K                                                             pelarut (ml)

Obat yang menggunakan rumus tersebut biasanya adalah dopamine (200mg/amp), dobutamin (250 mg/amp), norepineprin (2, 4, 8 mg/ml)
3.      Perhitungan koreksi elektrolit (Terapi Cairan, 2005)
·         Koreksi kalium dan bicarbonat
⅓ x BB x (N – H)           N; nilai normal      
H; hasil pemeriksaan laboratorium
                                        
·         Koreksi natrium
Na (N – H) x BB x total body water               (persamaam I)
N ; Na normal (135)      H ; Na hasil pemeriksaan     
total body water ; 60%

Atau dengan perhitungan; ditentukan kenaikan Na yang diinginkan (χ)
Laki-laki:      χ x 0,6 x BB  = ......liter
                                                                        513
Untuk perempuan : χ x 0,5 x BB  = ......liter   
                                                                                     513                 
Catatan : natrium mulai dikoreksi jika hasil < 125 mEq/L
                                                Maksimal pemberian titrasi 12 mEq/24 jam 

3.   Proses Keperawatan
A.    Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik.
a.       Data demografi klien
b.      riwayat kesehatan
gaya hidup, kebiasaan makan, kepercayaan, perubahan berat badan, perubahan frekuensi BAK, mual, muntah, frekuensi BAB
c.   pemeriksaan fisik
secara umum fokus pengkajian pada pasien dengan gangguan cairan pada diare meliputi;
Ø  berat badan turun dari biasanya
Ø  tanda-tanda vital, pada kondisi diare TD turun, HR naik, RR naik, S bisa naik bisa turun
Ø  intake output cairan. Oliguria atau anuria
Ø  edema, pada diare akut jarang terjadi edema, namun pada diare kronis kadang ditemukan edema ekstrimitas karena kehilangan perotein
Ø   turgor, keelastisan kulit berkurang pada pasien dengan diare
Ø  mulut kering, saliva berkurang, konjunktiva kering
Ø  kolaps vaskuler, nadi lemah
Ø  kejang, perubahan kesadaran; apatis sampai dengan koma
Ø  keluhan; diare lebih dari 3x dalam sehari, mual, muntah
Ø  pada pemeriksaan lab; hematokrit meningkat, ureum dan kreatinin serum meningkat, Na dan K meningkat, perubahan nilai AGD, pemeriksaan feses (darah mungkin +, lendir mungkin +, kultur MO +)
d.   kemungkinan daftar masalah keperawatan yang muncul pada klien diare :
Ø  gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit; kurang dari kebutuhan.
Ø  Nausea
Ø   Resiko gangguan integritas kulit
Ø  Tidak efektifnya perfusi jaringan
Ø  Defisit pengetahuan
e.   tujuan yang ingin dicapai
1.      gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit; kurang dari kebutuhan
a.       keseimbangan elektrolit dan asam basa ; HR reguler normal, respirasi reguler normal, elektrolit normal, ureum kreatinin serum normal, AGD normal
b.      keseimbangan cairan; TD normal, MAP normal, nadi teraba, tidak haus, intake output dalam 24 jam seimbang, turgor baik.
c.        Rehidrasi
d.       status respirasi; pertukaran gas ; RR dan irama respirasi dalam batas normal
e.       status tanda-tanda vital; tanda-tanda vital dalam batas normal
2.      nausea
a.       level kenyamanan; keluhan nyeri  perut / mules berkurang/hilang, frekuensi BAB berkurang, ekspresi wajah tenang dan senang
b.      hidrasi; turgor baik, membran mukosa tampak lembab, level hematokrit normal, urin out put 0,5 – 1 cc/kgBB/jam
c.       status nutrisi; intake nutrisi dan cairan sesuai(prosi habis), BB kembali ke semula
d.      resiko gangguan integritas kulit; resiko terkontrol, tidak terjadi terjadi lecet di sekitar anus
3.      tidak efektifnya ferpusi jaringan; capillary refill time < 3’’, akral tidak dingin, nadi perifer kuat, sadar, tidak gelisah
4.       defisit pengetahuan

B.  Perencanaan dan Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
·         cek dan koreksi nilai elektrolit bila perlu, EKG
·         pasang infus isotonis kristaloid, berikan cairan sesuai kebutuhan, awasi dan catat keseimbangan I-O, pasang kateter urine, anjurkan banyak minum yang mengandung elektrolit
·          Observasi fungsi renal (level ureum dan krearinin)
·          Observasi turgor dan integritas kulit disekitar anus
·         Observasi frekuensi dan jumlah BAB (diare)
·         Modifikasi perilaku dan jenis makanan (rendah serat tinggi kalori tinggi protein)
·         Evaluasi dan observasi intake nutrisi dan cairan
·         Transfusi bila perlu
·         manajemen shock: volume dan pencegahan, observasi tanda-tanda vital
·         kaji faktor resiko dan penyebab
·         berikan penjelasan tentang proses penyakit, efek dan proses penularan
·         kolaborasi untuk pemberian terapi anti diare, anti emetik, antibiotic
·         berikan O2 sesuai kebutuhan



C.  Evaluasi
Evaluasi secara terus menerus proses tentang cairan, elektrolit, keseimbangan asam-basa.
a.       Komplikasi  yang terjadi adalah gangguan fungsi ginjal
Klasifikasi akut kidney injury (gangguan fungsi ginjal akut)
Stage
Kreatinin
Output urine
risk
↑ 1,5 x
< 0,5 cc/KgBB/jam (selama 6 jam)
injuri
↑ 2 x
< 0,5 cc/KgBB/jam (selama 12 jam)
fail
↑ 3 x
< 0,3 – 0,5 cc/KgBB/jam (selama 24 jam)
loss
endstage
b.      Tanda-tanda vital dalam rentang normal
c.       Kadar elektrolit; Na (135 – 145 mEq/L), K (3,5 – 5 mEq/L)
d.      Keadaan insersi infus harus dalam keadaan baik
Hal yang harus dipertimbangkan selama periodik dari keseluruhan sistem infus :
·         IV adalah pemberian infus pada kecepatan yang telah ditetapkan
·         Semua sambungan utuh
·         Cairan yang benar diinfuskan pada pasien
·         Selang IV ditempatkan dengan benar
·         Tabung tetesan infus berisi cairan dengan batas yang benar
·         Selang diperiksa dan penggantiannya dipertimbangkan















BAB III
CONTOH KASUS

Klien datang ke UGD dengan keluahan BAB mencret > 6 x dalam sehari, mual, sakit perut, badannya terasa lemes, keluhannya sudah berlangsung 2 hari. Menurut istrinya, sehari sebelum kejadian klien berbuka puasa dengan es buah yang dibeli di dekat rumahnya. Pada  saat dibawa ke RS klien klien tampak pucat, badannya lemes,  tubuhnya teraba dingin. Pada saat diukur tekanan darahnya 80/50 mmHg, klien tampak sesak, RR 35 x/mnt, nadi 130 x/mnt, turgor ±6’’, pada saat dipasang kateter urine, didapat urin 100 cc.

A.    Pengkajian
1)        Data demografi klien
2)       Riwayat Kesehatan
·         Keluhan utama
Klien mengeluh BAB mencret > 6 x dalam satu hari, perut terasa mules
·         Riwayat kesehatan
Pada saat pengkajian klien tampak  lemes, gelisah, menurut istrinya dua hari yang lalu klien mengeluh BAB mencret sampai >6x/hr dan mual, tapi klien tetap ingin berpuasa. Sehari sebelumnya klien berbuka puasa dengan es buah yang dibeli di dekat rumahnya.pada saat dibawa ke RS klien klien tampak pucat, badannya lemes, bicara ngelantur, tubuhnya teraba dingin.

3)      .Pemeriksaan Fisik
a.       Keadaan umum
Kesadaran           : compos mentis
TD                       : 80/50 mmHg
RR                       : 35 x/mnt
Nadi                    : 130 x/mnt reguler, nadi radialis lemah
Suhu                    : 35,4 ºc
b.      Fokus data pada pemeriksaan fisik
Kesadaran compos mentis, GCS 15 (E4M6V5), gelisah, mulut tampak kering, kulir tampak kering, turgor menurun ±6´, nadi radialis lemah, vena kecil dan keras, terpasang dower kateter, diuresis 5 cc/jam (BB 55kg), terpasang infus di vena sefallika kanan RL 104 cc/jam, dobutamin 5ug/kgbb/mnt, dopamin 3ug/kgbb/mnt,HR 130 x/mnt reguler, RR 35 x/mnt cepat dangkal, akral teraba dingin.
4)      Data Penunjang
Tanggal 27 Agustus 2011
Hb                                : 14 /dl
Leukosit                        : 12000 /dl
Trombosit                     : 325000 /dl
Hematokrit                    : 50 %
GDS                              : 150 mg/dl
Ureum                           : 123 mg/dl
Kreatinin                       : 3,9 mg/dl
Na                                 : 130 mEq/lt
Kalium                          : 3,0 mEq/lt       
5)      Analisa Data
Data
Etiologi
Masalah keperawatan
DS : - riwayat diare >6 x/hr
-          Riwayat mual
-          Mules / sakit perut
DO :  mulut dan kulit tampak kering
-          Turgor ↓ (±6´)
-          Nadi radialis teraba lemah
-          Vena kecil dan keras
-          Diuresis 5 cc/jam
Hematokrit 50 %
-          GDS 150 mg/dl
-          Ureum 123 mg/dl
-          Kreatinin 3,9 mg/dl
-          Na 130 mEq/lt
-          K 3,0 mEq/lt
-          TD 80/50 mmHg
-          HR 130 x/mnt, regular
-  kesadaran delirium
-          GCS 15
-          Gelisah
-          TD 80/50 mmHg
-          HR 130 x/mnt
-          RR 35 x/mnt, cepat dan dangkal

Defisit volume cairan

6)      Data Obat-obatan
Metronidazole infus                     3 x 500mg
Ceftriaxon injek                           2 x 1gr
Ranitidin injek                             3 x 1 ampul
Ondancentron                              3 x 1 ampul
Infus RL                                      104 cc/jam
Lacto AD sachet                          3 x 1 sachet
Carbo adsorben                            3 x 3 tablet
Aspar k                                         2 x 1 tablet 
          
B.     Diagnosa Perawatan Berdasarkan Prioritas
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit; kurang dari kebutuhan.

C.    Perencanaan
DP
Tujuan
intervensi
I
Dalam 2 hr defisit volume terpenuhi;
-          TD >100/60
-          RR reguler, 12-20 x/mnt
-          HR 60-80 x/´
-          S 36-37ºc
-          Tugor < 3’’
-          Diuresis 0,5-1 cc/kgbb/j
-          Bibir lembab
-          Na 135-145 mEq/L
-          K 3,5-5 mEq/L
-          Ureum < 45 /dl
-          Kreatinin < 1.1/dl

Ak      akral hangat
-          Tidak sianosis
-                   AGD normal
-          GCS 15
-          Tidak gelisah

- Ob Observasi TTV
-     - Observasi dan catat I-O
-     - Pasang infus RL 2½ lt/hr
-     - Anjurkan banyak minum cairan yang   mengandung elektrolit (oralit, larutan gula garam).
Di  - Diet rendah serat, tinggi protein tinggi  kalori
-     - Periksa Na, K
-     - Periksa ureum, kreatinin
-     -Kolaborasi pemberian antibiotik, antiemetik, tablet Kalium, anti diare
Oo  - bsservasi respirasi
-      - Oksigen sesuai hasil AGD
-       - Cek AGD
-       - Posisi supine
-        -Kolaborasi pemberian inotropik (awasi kesesuaian dosis)
-        - Observasi kesadaran






D.    Pelaksanaan
1)     Memasang infuse dan merawat dressing (balutan) infuse
2)     Mengobservasi  adanya komplikasi pemasangan infus dan mengganti selang infus secara berkala.
3)     Memberikan cairan infuse RL (ringers laktat)
Intake cairan normal pada orang dewasa (Fundamental of Nursing ,   ); air dari minum 1500 cc, air dari makanan 700 cc, air yang terhirup dengan oksigen 200 cc. Kehilangan cairan dari tubuh; dari kulit 300 – 400 cc, paru-paru 300 – 400 cc, saluran cerna 200 cc, ginjal 1200 – 1500 cc.
           
Pada kasus diare, terjadi kehilangan cairan ekstra sel dan penurunan fungsi absorpsi elektrolit seperti Na, K, HCO3, Ca, dan sejumlah nutrisi sehingga membutuhkan jenis cairan isotonis untuk mengganti kehilangan tersebut. Berikut adalah komposisi cairan infuse isotonis.


Jenis infus
Komposisi (mEq)
Dextrose 2,5% in 0,45% saline
77 Na+  ,   77 Cl‾
Dextrose 5% in 0,2% saline
38 Na+ ,     38 Cl‾
Dextrose 5% in water

Ringer’s lactat (RL)
130 Na+ , 4 K+,  Ca++ ,109 Cl‾, 28 lactat
Normal saline 0,9%
154 Na+  , 154 Cl‾
Dextran 40 10% in NS 0,9%  or D5W

Dextran 70% in NS


Dextran 40 10% in NS adalah larutan koloid yang diindikasikan untuk meningkatkan volume plasma pada pasien shock, tapi kontra indikasi pada pasien dehidrasi. Dextran 70% bisa bertahan selama 20 jam di dalam plasma dan diindikasikan untuk shock hemoragik, operasi, luka bakar.
Pada kasus diare terjadi kehilangan cairan ekstra sel dan beberapa elektrolit sehingga dipilih RL untuk menggantikan kehilangan tersebut. RL mengandung Na+ 130 mEq, K+ 4 mEq, Ca++, 109 Ci‾ , dan 28 lactat. Selain mengandung elektrolit juga mengandung laktat. Laktat bisa dirubah menjadi virupat oleh hati dan menghasilkan ATP, sehingga bisa memenuhi kebutuhan energi.
Tujuan terapi intravena adalah memberikan cairan dalam jumlah besar secara cepat kepada pasien untuk mengatasi kehilangan cairan yang serius dan disebabkan oleh dehidrasi berat. Menurut WHO (1992) bagian pertama cairan intravena (30 ml/kgBB) diberikan dengan cepat (dalam waktu 60 menit untuk bayi  < 12 bulan, 30 menit untuk anak dan dewasa). Sisa dari cairan 70ml/kgBB diberikan dengan lebih lambat untuk melengkapi rehidrasi dalam waktu 3 jam (6 jam untuk bayi).
A.    Rencana pengobatan A (untuk mengobati diara di rumah)
1)    Berikan cairan yang lebih banyak daripada biasanya kepada anak  untuk mencegah terjadinya dehidrasi; oralit, cairan rumah tangga (sop, air beras, yoghurt), air putih. Teruskan sampai diare berhenti.
2)    berikan makanan yang banyak kepada anak untuk mencegah malnutrisi; ASI, PASI, atau makanan padat
3)    bawalah anak kepada petugas kesehatan bila tidak mengalami perbaikan dalam waktu 3 hari atau mengalami hal-hal berikut; diare beberapa kali, mntah berulang, rasa haus yang nyata, tidak mau makan atau minum seperti biasa, demam, adanya darah dalam feses.


umur
Jumlah oralit yang diberikan tiap habis BAB
Jumlah oralit yg ditetapkan untuk dogunalan dirumah
< 24 bulan
50 – 100 ml
500 ml/hr
2-10 tahun
100 – 200 ml
1000 ml/hr
10 th / >
Sebanyak yang diinginkan
2000 ml/hr

B.  Rencana pengobatan B (untuk mengobai dehidrasi)
Jumlah larutan oralit yang harus diberikan dalam 4 jam pertama

umur
< 4 bln
4-11 bln
12 – 23 bln
2 – 4thn
5 – 14 thn
15 thn / >
Berat
< 5 kg
5-7,9 kg
8-10,9 kg
11-15,9 kg
16-29,9 kg
30 kg / >
Dalam ml
200 - 400
400 – 600
600 - 800
800 - 1200
1200 - 2200
2200 - 4000
Dlm takaran lokal

Gunakan umur pasien bila tidak mengetahui berat badan. Jumlah oralit yang dibutuhkan dapat dihitung dengan : BB (kg) x 75.










Bagan penatalaksanaan diare

Periksa
A
B
C
Keadaan umum
Sehat aktif
Tampak sehat mengantuk
Letargi atau tidak sadar
Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung dan kering
Air mata
Ada
Tidak ada
Tidak Ada
Mulut dan Lidah
Basah
kering
Sangat kering
Rasa haus
Normal tidak haus
Haus minum dengan tidak tidak sabar
Minum sedikit atau tidak mampu minum
Turgor
Kembali dengan cepat
Kembali dengan lambat
Kembali dengan sangat lambat
Tetapkan
Pasien tidak ada tanda - tanda dehidrasi
Bila pasien mempunyai dua atau lebih tanda-tanda tersebut, termasuk paling sedikit satu dari tanda yang ditulis miring, maka terdapat dehidrasi sedang
Bila pasien memiliki dua atau lebih tanda-tanda tersebut, termasuk paling sedikit satu tanda yang ditulis miring, maka terdapat dehidrasi berat
tindakan
Gunakan rencana pengobatan A
Timbang pasien, jika memungkinkan, dan gunakan rencana pengibatan B
Timbang pasien dan gunakan rencana pengobatan C    DENGAN SEGERA

4. Melakukan kolaborasi pemberian terapi dopamin, dobutamin, antibiotik, antiemetik, anti  diare

E.     Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan adalah mengacu pada tujuan yang ditetapkan
1.      Tanda-tanda vital; tekanan darah  > 100/60 mmHg, HR 60 – 80 x/mnt, respirasi 12 – 20 x/mnt
2.      Nadi perifer teraba kuat, suhu tubuh 36 -37ºC
3.       Kesadaran compos mentis dan tidak gelisah
4.      Level fungsi ginjal; diuresis 0,5 – 1 cc/kgBB/jam, ureum < 43, kreatinin <1
5.       Level elektrolit; Na+ 135 – 145 mEq/L, K+ 3,5 – 5 mEq/L, Ca++ 4,7 – 9 mEq/L
6.       Hematokrit normal 35 – 48%
7.      Mual tidak ada, porsi makan meningkat
8.      Turgor < 3’’, membran mukosa lembab
9.      Keluhan nyeri perut/ mules tidak ada
10.   Frekuensi BAB berkurang (< 3 x/mnt)


Diagnosa keperawatan lainnya :
a)      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
b)      Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
c)      Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya.
d)     Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif
e)      Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru
 Rencana Keperawatan
Dx.1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
Tujuan   :  Kebutuhan nutrisi  terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan bera badan
Intervensi
Rasional
Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
Menurunkan kebutuhan metabolik
Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan
Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan.
Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet
Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi
Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanjut
Dx.2  : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
Tujuan :     Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal
Intervensi
Rasional
Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri
Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan kompres hangat abdomen
Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan meningkatkan kemampuan koping
Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan kulit
Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi
Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi
Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis
Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan non verbal
Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya

Dx.3 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.
Tujuan   :  Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.
Intervensi
Rasional
Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang mekanisme koping yang tepat.
Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah
Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien yang anaknya mengalami masalah yang sama
Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang mengalami masalah yang demikian
Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu klien.
Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan

Dx.4  : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
Tujuan   :    Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.

Intervensi
Rasional
Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang penyakit dan perawatan anaknya.
Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya.
Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.
Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dan keluarga dalam proses perawatan klien
Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek samping yang mungkin timbul
Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.
Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi
Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri anaknya

Dx. 6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru
Tujuan     :    Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda kenyamanan
Intervensi
Rasional
Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam perawatn yang dilakukan
Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan
Berikan sentuhan dan berbicara pada anak sesering mungkin
Memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress
Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat perkembangan klien
Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimun


BAB IV
KESIMPULAN

Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja akibat imflamasi mukosa lambung atau usus sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.
Sebagai akibat dari berkurangnya absorpsi cairan dan elektrolit di usus besar, maka muncul beberapa masalah keperawatan dari diare ini, diantaranya adalah adanya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit; kurang daru kebutuhan dan nausea.
Dari masalah keperawatan tersebut, dipilih beberapa tindakan keperawatan, diantaranya :
a.       Banyak minum (oralit)
b.      Rehidrasi perinfus (jenis isotonis kristaloid)
c.       Antibiotika yang sesuai (misal ciprofloxacin dan metronidazole)
d.      Diit tinggi protein dan rendah residu
e.       Obat anti kolinergik untuk menghilangkan kejang  abdomen
f.       Tintura opium dan paregorik  untuk mengatasi diare (atau obat lain), misal carboadsorben
g.      Observasi keseimbangan cairan dan level elektrolit
h.      Cegah komplikasi




















DAFTAR PUSTAKA





A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI
Ngastiyah, 997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4, EGC, Jakarta
Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.
Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
Whaley & Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda company, USA.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 Dhe aDhel adhelia. Design by WPThemes Expert

Themes By Buy My Themes and Direct Line Insurance.