I. PENGENALAN VENTILASI MEKANIK
A. Pengertian
Ventilasi mekanik merupakan terapi defenitif pada klien kritis yang mengalami hipoksemia dan hiperkapnia. Memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan ventilasi mekanik dilakukan antara lain pada unit perawatan kritis, medikal bedah umum, bahkan di rumah. Perawat, dokter dan ahli terapi pernafasan harus mengerti kabutuhan pernafasan spesifik klien. Rumusan penting untuk hasil klien yang positif termasuk memahami prinsip-prinsip ventilasi mekanik dan perawatan yang dibutuhkan klien, komunikasi terbuka antara tim kesehatan, rencana penyapihann dan toleransi klien terhadap perubahan pengaturan ventilasi mekanik. Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama.
B. Klasifikasi
Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi, dua kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan tekanan positif.
1. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik yang berhubungn dengan kondisi neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi muscular, sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia gravis. Penggunaan tidak sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilasi sering.
2. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan pada klien dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif yaitu tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan volume bersiklus. Ventilator tekanan bersiklus adalah ventilator tekanan positif yang mengakhiri inspirasi ketika tekanan preset telah tercapai. Dengan kata lain siklus ventilator hidup mengantarkan aliran udara sampai tekanan tertentu yang telah ditetapkan seluruhnya tercapai, dan kemudian siklus mati. Ventilator tekanan bersiklus dimaksudkan hanya untuk jangka waktu pendek di ruang pemulihan. Ventilator waktu bersiklus adalah ventilator mengakhiri atau mengendalikan inspirasi setelah waktu ditentukan. Volume udara yang diterima klien diatur oleh kepanjangan inspirasi dan frekuensi aliran udara. Ventilator ini digunakan pada neonatus dan bayi. Ventilator volume bersiklus yaitu ventilator yang mengalirkan volume udara pada setiap inspirasi yang telah ditentukan. Jika volume preset telah dikirimkan pada klien , siklus ventilator mati dan ekshalasi terjadi secara pasif. Ventilator volume bersiklus sejauh ini adalah ventilator tekanan positif yang paling banyak digunakan.
C. Gambaran ventilasi mekanik ideal
Gambaran ventilasi mekanik yang ideal adalah sederhana, mudah dan murah, dapat memberikan volume tidak kurang 1500cc dengan frekuensi nafas hingga 60X/menit dan dapat diatur ratio I/E, dapat digunakan dan cocok digunakan dengan berbagai alat penunjang pernafasan yang lain, dapat dirangkai dengan PEEP, dapat memonitor tekanan , volume inhalasi, volume ekshalasi, volume tidal, frekuensi nafas, dan konsentrasi oksigen inhalasi, mempunyai fasilitas untuk humidifikasi serta penambahan obat didalamnya, mempunyai fasilitas untuk SIMV, CPAP, Pressure Support, mudah membersihkan dan mensterilkannya.
Modus operasional ventilasi mekanik terdiri dari :
1. Controlled Ventilation
Ventilator mengontrol volume dan frekuensi pernafasan. Indikasi untuk pemakaian ventilator meliputi pasien dengan apnoe. Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama.Ventilator tipe ini meningkatkan kerja pernafasan klien.
2. Assist/Control
Ventilator jenis ini dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan. Bila klien gagal untuk ventilasi, maka ventilator secara otomatis. Ventilator ini diatur berdasarkan atas frekuensi pernafasan yang spontan dari klien, biasanya digunakan pada tahap pertama pemakaian ventilator.
3. Intermitten Mandatory Ventilation
Model ini digunakan pada pernafasan asinkron dalam penggunaan model kontrol, klien dengan hiperventilasi. Klien yang bernafas spontan dilengkapi dengan mesin dan sewaktu-waktu diambil alih oleh ventilator.
4. Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV)
SIMV dapat digunakan untuk ventilasi dengan tekanan udara rendah, otot tidak begitu lelah dan efek barotrauma minimal. Pemberian gas melalui nafas spontan biasanya tergantung pada aktivasi klien. Indikasi pada pernafasan spontan tapi tidal volume dan/atau frekuensi nafas kurang adekuat.
5. Positive End-Expiratory pressure
Modus yang digunakan dengan menahan tekanan akhir ekspirasi positif dengan tujuan untuk mencegah Atelektasis. Dengan terbukanya jalan nafas oleh karena tekanan yang tinggi, atelektasis akan dapat dihindari. Indikasi pada klien yang menederita ARDS dan gagal jantung kongestif yang massif dan pneumonia difus. Efek samping dapat menyebabkan venous return menurun, barotrauma dan penurunman curah jantung.
6. Continious Positive Airway Pressure. (CPAP)
Ventilator ini berkemampuan untuk meningkatakan FRC. Biasanya digunakan untuk penyapihan ventilator.
D. Indikasi Ventilator Mekanik
1. Gagal nafas
Pasien dengan distres pernafasan gagal nafas, henti nafas (apnu) maupun hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi ventilator mekanik. Idealnya pasien telah mendapat intubasi dan pemasangan ventilator mekanik sebelum terjadi gagal nafas yang sebenarnya.
Distres pernafasan disebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan atau oksigenasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan paru (seperti pada pneumonia) maupun karena kelemahan otot pernafasan dada (kegagalan memompa udara karena distrofi otot).
Distres pernafasan disebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan atau oksigenasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan paru (seperti pada pneumonia) maupun karena kelemahan otot pernafasan dada (kegagalan memompa udara karena distrofi otot).
2. Insufisiensi jantung
Tidak semua pasien dengan ventilator mekanik memiliki kelainan pernafasan primer. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan aliran darah pada sistem pernafasan (sebagai akibat peningkatan kerja nafas dan konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan jantung kolaps. Pemberian ventilator untuk mengurangi beban kerja sistem pernafasan sehingga beban kerja jantung juga berkurang.
3. Disfungsi neurologist
Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang beresiko mengalami apnu berulang juga mendapatkan ventilator mekanik. Selain itu ventilator mekanik juga berfungsi untuk menjaga jalan nafas pasien. Ventilator mekanik juga memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien dengan peningkatan tekanan intra cranial.
E. Model Ventilator Mekanik
1. Mode control (pressure control, volume control, continuous mode). Pasien mendapat bantuan pernafasan sepenuhnya, pada mode ini pasien dibuat tidak sadar (tersedasi) sehingga pernafasan di kontrol sepenuhnya oleh ventilator. Tidal volume yang didapat pasien juga sesuai yang di set pada ventilator. Pada mode control kelasik, pasien sepenuhnya tidak mampu bernafas dengan tekanan atau tidal volume lebih dari yang telah di set pada ventilator. Namun pada mode control terbaru, ventilator juga bekerja dalam mode assist-control yang memungkinkan pasien bernafas dengan tekanan atau volum tidal lebih dari yang telah di set pada ventilator.
2. Mode Intermitten Mandatory Ventilation (IMV). Pada mode ini pasien menerima volume dan frekuensi pernafasan sesuai dengan yang di set pada ventilator. Diantara pernafasan pemberian ventilator tersebut pasien bebas bernafas. Misalkan respiratory rate (RR) di set 10, maka setiap 6 detik ventilator akan memberikan bantuan nafas, diantara 6 detik tersebut pasien bebas bernafas tetapi tanpa bantuan ventilator. Kadang ventilator memberikan bantuan saat pasien sedang bernafas mandiri, sehingga terjadi benturan antara kerja ventilator dan pernafasan mandiri pasien. Hal ini tidak akan terjadi pada
3. Mode Synchronous Intermitten Mandatory Ventilation (IMV) yang sama dengan mode IMV hanya saja ventilator tidak memberikan bantuan ketika pasien sedang bernafas mandiri. Sehingga benturan terhindarkan.
4. Keempat, yaitu mode pressure support atau mode spontan. Ventilator tidak memberikan bantuan inisiasi nafas lagi. Inisiasi nafas sepenuhya oleh pasien, ventilator hanya membantu pasien mencapai tekanan atau volume yang di set di mesin dengan memberikan tekanan udara positif.
F. Istilah Dalam Ventilator Mekanik
1. FiO2 dan PaO2, FiO2 adalah fraksi atau konsentrasi oksigen dalam udara yang diberikan kepada pasien. Sedangkan PaO2 adalah tekanan parsial oksigen yaitu perbedaan konsentrasi antara oksigen di alveolus dan membran.
2. I:E merupakan ratio Perbandingan antara waktu inspirasi dan ekspirasi. Nilai normal 1:2.
3. Volume Tidal merupakan jumlah udara yang keluar masuk paru dalam satu kali nafas, atau sama dengan jumlah udara yang diberikan ventilator dalam satu kali nafas. Nilai normal 10 –15 ml per kgBB untuk dewasa dan 6-8 ml per kgBB untuk anak.
4. Minute Volume merupakan jumlah udara yang keluar masuk dalam satu menit, atau jumlah udara yang diberikan ventilator dalam satu menit. Nilainya = volume tidal x RR.
5. PEEP dan CPAP, Positive end expiratory pressure (PEEP) atau tekanan positif akhir ekspirasi digunakan untuk mepertahankan tekanan paru positif pada akhir ekspirasi untuk mencegah terjadiya kolaps paru dan meningkatkan pertukaran gas dalam alveoli. Nilai antara 5-15 mmHg, maksimal 12 mmHg untuk anak.
Continuous positive airway pressure (CPAP) identik dengan PEEP, yaitu pemberian tekanan positif pada saluran nafas selama siklus pernafasan.
Continuous positive airway pressure (CPAP) identik dengan PEEP, yaitu pemberian tekanan positif pada saluran nafas selama siklus pernafasan.
6. Pressure atau Volume Limit. Batas atas tekanan atau volume yang diberikan pada pasien. Volume limit yang terlalu tinggi dapat berakibat trauma paru.
Pada klien dewasa, frekuensi ventilator diatur antara 12-15 x / menit. Tidal volume istirahat 7 ml / kg BB, dengan ventilasi mekanik tidal volume yang digunakan adalah 10-15 ml / kg BB. Untuk mengkompensasi dead space dan untuk meminimalkan atelektase. Jumlah oksigen ditentukan berdasarkan perubahan persentasi oksigen dalam gas. Karena resiko keracunan oksigen dan fibrosis pulmonal maka FiO2 diatur dengan level rendah. PO2 dan saturasi oksigen arteri digunakan untuk menentukan konsentrasi oksigen. PEEP digunakan untuk mencegah kolaps alveoli dan untuk meningkatkan difusi alveoli-kapiler.
II. ASUHAN KEPERAWATAN PADA VENTILASI MEKANIK
A. Pengkajian
Perawat mempunyai peranan penting mengkaji status pasien dan fungsi ventilator. Dalam mengkaji klien, perawat mengevaluasi hal-hal berikut:
1. Tanda-tanda vital
2. Bukti adanya hipoksia
3. Frekuensi dan pola pernafasan
4. Bunyi nafas
5. Status neurologis
6. Volume tidal, ventilasi semenit, kapasitas vital kuat
7. Kebutuhan pengisapan
8. Upaya ventilasi spontan klien
9. Status nutrisi
10. Status psikologis
Selain itu, perlu dilakukan pengkajian:
1. Pengkajian Kardiovaskuler
Perubahan dalam curah jantung dapat terjadi sebagai akibat ventilator tekanan positif. Tekanan intratoraks positif selama inspirasi menekan jantung dan pembuluh darah besar dengan demikian mengurangi arus balik vena dan curah jantung. Tekanan positif yang berlebihan dapat menyebabkan pneumotoraks spontan akibat trauma pada alveoli. Kondisi ini dapat cepat berkembang menjadi pneumotoraks tension, yang lebih jauh lagi mengganggu arus balik vena, curah jantung dan tekanan darah. Untuk mengevaluasi fungsi jantung perawat terutama harus memperhatikan tanda dan gejala hipoksemia dan hipoksia (gelisah,gugup, kelam fakir, takikardi, takipnoe, pucat yang berkembang menjadi sianosis, berkeringat dan penurunan haluaran urin).
2. Pengkajian Peralatan
Ventilator juga harus dikaji untuk memastikan bahwa ventilator pengaturannya telah dibuat dengan tepat. Dalam memantau ventilator, perawat harus memperhatikan hal-hal berikut :
a. Jenis ventilator
b. Cara pengendalain (Controlled, Assist Control, dll)
c. Pengaturan volume tidal dan frekunsi
d. Pengaturan FIO2 (fraksi oksigen yang diinspirasi)
e. Tekanan inspirasi yang dicapai dan batasan tekanan
f. Adanya air dalam selang,terlepas sambungan atau terlipatnya selang.
g. Humidifikasi
h. Alarm
i. PEEP
3. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan ventilasi mekanik yaitu:
a. Pemeriksaan fungsi paru
b. Analisa gas darah arteri
c. Kapasitas vital paru
d. Kapasitas vital kuat
e. Volume tidal
f. Inspirasi negative kuat
g. Ventilasi semenit
h. Tekanan inspirasi
i. Volume ekspirasi kuat
j. Aliran-volume
k. Sinar X dada
l. Status nutrisi / elaktrolit.
B. Diagnosis masalah keperawatan yang umum
1. Penurunan cardiak output berhubungan dengan penurunan aliran balik vena ke jantung, penurunan tekanan transmural, peningkatan resistensi pembuluh darah perifer ditandai dengan perubahan irama jantung, penurunan tekanan darah, penurunan preload, penurunan afterload dan distrimia.
2. Resiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan hidrasi yang berlebihan, penurunan cardiak output yang disebabkan oleh ADH, dehidrasi karena penurunan masukan interal atau parenteral, diuresis yang berlebihan ditandai dengan intake yang berlebih dibandingkan dengan output, penurunan kapasitas vital, penurunan complience paru, peningkatan dead space/rasio volume tidal, penurunan hematokrit, penurunan natrium, peningkatansekresi bronkhial, demam, penurunan turgor kulit dan kehilangan berat badan.
C. Diagnosa keperawatan tambahan
1. Kegagalan ventilasi spontan berhubungan dengan ketidakmampuan bernapas mandiri secara adekuat ditandai dengan apnea, dyspnea, takypnea, hypermetabolik, penggunaan otot tambahan, penurunan saturasi oksigen, peningkatan carbondioksida, penurunan volume tidal, takycardi, kebingungan, perubahan status mental, disritmia.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengeluaran sekret yang kental, obstruksi jalan napas, edema dan bronkhiolus, ketidakmampuan untuk batuk atau batuk efektif ditandai dengan adanya bunyi suara napas, dypsnea, takypneu, napas dangkal, batuk dengan atau sekret, sianosis, demam, kecemasan dan gelisah.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan barotrauma, atelektasis, bronkospasme, produksi mukus, edema, inflamasi pada bronkhiolus, hipoksemia, hiperkapniia, kelelahan ditandai dengan dypsnea, takypnea, hipoksia, hipoksemia, hiperkapnia, bingung, gelisah, sianosis, ketidakmampuan untuk mengeluarkan mukus, takikardi, disritmia, penurunan saturasi oksigen.
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan: fatigue, dyspnea, sekresi, tidak adekuat oksigen, kelemahan respirasi otot, respiratory center depression, penurunan ekspansi paru, mengenakan ventilasi mekanik ditandai dengan dyspnea, tachypnea, bradepnea, apnea, batuk,nasal flaring, sianosis, nafas dangkal, pused-lip breathing, perubahan dalam inspirasi atau ekspirasi, menggunakan alat tambahan muscle, ekspansi dada kurang, barrel chest, arteri gas darah tidak normal, fremitus, cemas, penurunan saturasi oksigen
5. Kerusakan komunikasi verbal berhungan dengan intubasi, airway buatan, muscular paralysis ditandai dengan ketidakmampuan berbicara, ketidakmampuan memenuhi komunikasi, ketidakmampuan bersuara
6. Anxiety berhubungan dengan ventilatory support, ancaman kematian, perubahan status kesehatan, perubahan lingkungan, life-threatening crises
ditandai dengan ketakutan, restessness, muscletension, kekhawatiran, helplessness, comminication of uncertainly, sense of impending doom, worry
7. Risk for infection berhubungan dengan intubasi, proses penyakit, immunosupression, compromised defense mechanisms ditandai dengan kenaikan temperatur, menggigil, WBC meningkat, purulent sputum
8. Ineffective coping berhubungan dengan : pemasangan ventilator, perubahan status kesehatan, perubahan kemampuan komunikasi ditandai dengan
9. Impaired oral mucous membrane berhubungan dengan : intubasi oral, kenaikan dan penurunan saliva, ketidakmampuan menelan, induksi antibiotik ditandai dengan : nyeri oral atau ketidaknyamanan, stimatitis, lesi oral, thrush
10. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan keridakmampuan untuk menelan, intubasi, ketidakmampuan untuk memasukan makanan, peningkatan metabolisme karena perjalanan penyakit, operasi, tingkat kesadaran ditandai dengan : kalori kurang dari tubuh, rasa yang berubah, penciuman yang berubah, kehilangan berat badan, anorexia, tidak ada bising usus, penurunak peristaltic
11. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan penempatan pada ventilator, perubahan kesehatan, status krisis, kekurang pemahaman ditandai dengan : ketidakpahaman terhadap keslahan pemberian petunjuk, anorexia
Contoh Kasus
Tuan X adalah pria berusia 30 tahun yang masuk ke unit perawatan intensif bedah setelah mengalami kecelakaan kendaraan bermotor dengan kondisi luka parah dan mengalami syok hipovolemik. Tuan X langsung dikirim ke ruang operasi dimana cidera yang dialaminya ditangani. Kemudian perjalanan pasca operatif dini harinya sangat baik. Pada pascaoperatif hari ke-3 ia mulai mengalami kesulitan bernafas dengan penyimpangan nilai AGD PO2 58 mmhg. Karena Tuan X mengalami hipoksemia berat, maka Tuan X di intubasi. Kulit pasien terlihat pucat, terdengar napas tambahan, hasil lab menunjukkan nilai albumin 3. Hasil pemeriksaan ronsen dada nya menunjukkan infiltrate difus intertisial dan alveolar. Ia mengalami ARDS dan pada akhirnya membutuhkan PEEP. Keluarga Tuan X selalu menenangkan Tuan X ketika dia gelisah saat pemasangan ventilator. Keluarga pasien terlihat bingung dengan prosedur dan pengobatan.
A. Analisis data
Data | Etiologi | Problem |
DO: 1. Tuan X mengalami hipoksemia berat 2. ronsen dada nya menunjukkan infiltrate difus intertisial dan alveolar 3. Tuan X mengalami kesulitan bernafas 4. Tuan X terlihat gelisah 5. Kulit terlihat pucat | ARDS | Gangguan pertukaran gas |
DO: 1. ARDS 2. Kulit terlihat pucat 3. Arus balik vena menurun akibat PEEP | Arus balik vena menurun | Penurunan curah jantung |
DO: 1. Tuan X mengalami dipnue, terdapat nafas tambahan 2. Tuan X mengalami kesulitan bernapas | Perubahan tekanan paru/ toraks | Pola pernapasan tidak efektif |
DO: 1. Nutrisi kurang adekuat 2. Albumin 3 g/dl | Intubasi | Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan |
B. Diagnosa
1. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan ARD
Hasil yang diharapkan | Intervensi keperawatan | Rasional |
Tetap teroksigenasi dengan adekuat, yang ditunjukkan oleh: 1. PaO2 pada hasil AGD lebih dari 75mmHg 2. Warna kulit tidak pucat 3. Sirkulasi perifer adekuat | 1. Pantau AGD untuk menentukan PaO2 2. Lakukan penghisapan hanya ketika diperlukan untuk mencegah kehilangan PEEP sekunder akibat terputusnya hubungan dengan ventilator 3. Pantau tingkat PEEP dan FiO2 yang diperlukan. 4. Kaji sirkulasi perifer terhadp nadi, warna ekstremitas dan suhu. 5. Pantau kadar oksigen darah vena campuran | ARDS adalah cedera paru akut yang mengakibatkan peningkatan permiabelitas kapiler, yang memungkinkan protein dan cairan mengalir keluar dan masuk kedalam ruang alveoli dan intersisium, sehingga menghambat terjadinya pertukaran gas yang normal |
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan arus balik vena menurun
Hasil yang diharapkan | Intervensi keperawatan | Rasional |
Tidak mengalami gangguan hemodinamik yang berkaiatan dengan PEEP | 1. Pantau tanda – tanda vital setiap jam dan sesuai kebutuhan 2. Pantau parameter hemodinamik terhadap tanda penurunan curah jantung, hipotensi, kenaikanCVP, dan oliguria 3. Pantau masukan dan haluaran 4. Periksa sirkulasi perifer setiap 2 sampai 4 jam dan sesuai kebutuhan 5. Tinggikan bagian kaki tempat tidur 10 sampai 20 derajat untuk meningkatkan arus balik vena 6. Lakukan latihan rentang gerak pasif (ROM) setiap 4 sampai 6 jam untuk meningkatkan arus balik vena 7. Berikan obat-obat adrenergic sesuai yang dipesankan untuk meningkatkan curah jantung 8. Beritahukan dokter jika terjadi komplikasi hemodinamik | PEEP dapat menyebabakan menurunnya curah jantung dengan meningkatkan tekanan intraalveolar, dengan demikian menurunkan arus balik vena ke jantung. |
3. Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan perubahan tekanan paru / toraks
Hasil yang diharapkan | Intervensi keperawatan | Rasional |
Tidak mengalami komplikasi akibat PEEP 1. Atelektasis 2. Pneumotoraks 3. Pneumomediastinum 4. Emfisema subkutan | 1. Pantau pernapasan setiap jam dan sesuai yang dibutuhkan 2. Kaji bunyi napas terhadap adanya bunyi napas tambahan 3. Lakukan tindakan pulmonari setiap 2 jam dan sesuai yang diperlukan : a. Sering mengubah posisi klien b. Fisioterapi dada 4. Pantau terhadap tanda-tanda komplikasi pulmonari dan distres pernapasan : a. Ekskursi dada asimetris b. Nyeri tajam mendadak c. Sianosis d. Ansietas 5. Kaji terhadap emfisema subkutan 6. Simpan set selang dada dekat tempat tidur klien 7. Pantau AGD sesuai yang diperlukan 8. Beritahukan dokter tentang komplikasi 9. Pernapasaan | Jika dinding alveoli tidak dapat menahan tekanan dari PEEP, maka dapat terjadi perforasi. Sebagai akibat, udara mengalir ke dalam ruang pleural, mediastinum dan atau ruang subkutan. Akibatnya adalah pneumotoraks, pneumomediastinum atau emfisema subkutan yang terjadi secara berurutan |
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan intubasi
Hasil yang diharapkan | Intervensi keperawatan | Rasional |
Menerima masukan nutrisi yang adekuat selam diintubasi | 1. Berikan asupan makanan sesuai dengan standar gizi yang dianjurkan 2. Pantau masukan dan haluaran 3. Timbang berat badan setiap hari 4. Berikan albumin atau volume ekspander sesuai yang ditetapkan 5. Pantau kadar albumin serum | Status nutrisi harus dipertahankan untuk membantu dalam proses penyapihan dari ventilator; protein dan volume ekspander akan meningkatkan tekanan osmotic koloid serum, sehingga mempertahankan cairan dalam kompartemen intravaskular. |