^^

Pages

Sabtu, 14 April 2012

A.   MODEL SEHAT-SAKIT
1.     Definisi Sehat dan Sakit
a.       Definisi sehat
1)   Perkins(1939) :Suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan beberapa faktor yang berusaha mempengaruhunya.
2)   WHO (1957):Suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dimiliki.
3)   WHO(1974)  :Keadaan yang sempurna dari aspek fisik,mental,sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
4)   White :Suatu keadaan dimana seorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda/gejala suatu penyakit  atau kelainan
b.      Definisi sakit
1)   Perkins(1937) :Suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari hari,baik ak vitas jasmani ataupun rohani dan sosial.
2)   Raverlyy :Tidak adanya keselarasan antara lingkungan,agen dan individu.
3)   New Webster Dictionary :Suatu keadaan yang ditandai dengan adanya perubahan sebagai akibat dari gangguan yang nyata dan normal.
4)   WHO(1974) :Suatu keadaan yang tidak seimbang antara aspek medis,fisik,mental,sosial,psikologis dan bukan hanya mengalami kesakitan tetapi juga mengalami kecacatan.

B.   FAKTOR YANG MEMPENGUHI KEYAKINAN DAN TINDAKAN KESEHATAN
1.     Factor  Internal
Merupakan factor yang mencakup tahap perkembang, latar belakan intelektual, persepsi terhadap fungsi personal, dan factor emosional dan spiritual seseorang.
2.     Tahap perkembangan
Merupakan pola pikir dan pola prilaku seseorang mengalami perubahan sepanjang hidup. Ditahap ini perawat harus mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan klien pada saat perawat menggunakan keyakinan terhadap kesehatan dan cara klien melaksanakannya sebagai dasar dalam membuat rencana perawatan.
3.     Latar belakang intelektual
Merupakan pola pikir seseorang terhadap kesehatan yang terdiri dari pengetahuan atau informasi yang salah tentang berbagai fungsi tubuh dan penyakit  latar belakang pendidikan dan pengalaman di masa lalu. Factor ini mempengarui pola pikir seseorang.
4.     Persepsi tentang fungsi
Cara seseorang merasakan fungsi  akan berakibat pada keyakinan tarhadap kesehatan dan cara melaksakannya. Ketika perawat mengkaji tingkat kesehatan klien, mereka data subyektif  tentang cara klien merasakan fungsi fisik, seperti tingkat keletihan, sesak napas, atau nyeri.
5.     Factor emosional
Factor emosional mempengarui keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanannya. Ada beberapa penyakit lain yang dapat lebih diterima secara emosional, sehingga mereka akan mengakui gejala penyakit yang dialaminya dan mau mencari pengobatan yang tepat.
6.     Factor spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari berbagai seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau temen, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.
7.     Faktor Eksternal
Merupakan factor yang dapat mempengarui keyekinan seseorang  terhadap kesehatan dan cara melaksanakannya terdiri dari pelaksanan kesehatan di keluaraga, factor sosioekonomi, dan factor budaya.
8.     Praktik di keluaraga
Merupakan bagaimana keluarga klien menggunakan pelayanan kesehatan biasanya akan mempengarui cara klien dalam melaksanakan kesehatan. Keluarga yang sehat akan mencari cara untuk membantu seluruh anggota keluarganya mencapai potensi mereka yang paling besar.
9.     Factor sosioekonomik
Factor social dan psikososial dapat meningkatan resiko terjadinya penyakit dan mempengarui cara seseorang mendikripsikan dan berekaksi terhadap penyakit.
Faktor psikososial mencakup stabilitas perkawinan atau hubungan intim seseorang, kebiasaan gaya hidup, dan lingkungan kerja.
Faktor sosial berperan dalam menentukan bagaimana system pelayanan kesehatan menyediakan pelayanan medis.
Faktor ekonomi sama seperti factor social factor ekonomi juga dapat mempengarui tingkat kesehaatan klien dengan cara meningkatkan resiko terjadinya penyakit  dan mempengarui cara bagaimana atau dimana klien masuk ke dalam system pelayanan kesehatan.
10.  Latar belakang budaya
Mempengarui keyakinan, nilai, dan kebiasaan individu. Budaya yang mempengarui tempat masuk ke dalam system pelayanan kesehatan dan mempengarui cara melaksanakan kesehatan pribadi. Jika perawat tidak menyadari hubungan dengan perilaku dan bahasa yang digunakan  oleh diri sendiri maupun orang lain maka mereka tidak akan mampu mengenal dan memahami perilaku dan keyakinan klien dan mereka akan mengalami kesulit dalam berinteraksi  dengan klien. Perawat harus mengidentifikasi dan memasukan  factor  budaya ke dalam rencana perawatan klien untuk menghindari terjadinya konflik antara  tujuan dan metode perawatan dengan budaya klien.
C.   SAKIT DAN PERILAKU SAKIT
1.        Pengetian
Menurut pason sakit merupakan terganggunya proses tumbuh kembang,penyesuaian serta gangguan terhadap fungsi yang nomal
2.      Perilaku orang sakit
Perilaku yanng biasa ditujukkan seorang yang sakit diantaranya :
a.       Adanya perasaan takut
Perilaku ini dapat terjadi pada semua orang, yang ditadai dengan munculnya perasaan takut sebagai dampak dari sakit yang dialami
b.      Menarik diri
Seorang yang sakit maka ia akan merasa cemas yang berlebihan yang kemudian bedampak pada penaikan diriya dari lingkungan, sebagai contoh ia akan malu untuk bergaul dll
c.       Egosentris
Pada saat seorang sakit maka ia cenderung menjadi pribadi yang egois, kebanyakan orag sakit idak mau mendengarkan orang lain, ia cenderung ingin orang lain untuk mendengarkan ceitanya
d.      Sensitif
Seorang yang mengalami sakit akan menunjukmkan perilaku yang aneh, misalnya ia akan mudah untuk mengomel sendiri, serta mmpersoalkan hal-hal yang kecil
e.       Reaksi emosioal tinggi
Pada saat seseorang sakit, maka ia akan cenderung bersifat agresif, ia akan mudah marah, mudah tersinggung atau menangis karena dia ingin menutut perhatian dai orag disekitarnya
f.        Perubahan persepsi
Pada saat seseorang mengalami sakit maka orang tersebut akan mempecayakan kesehatannya untuk disembuhkan oleh oang yang dia anggap mampu, misalnya dokter, perawat dan sebagainya

g.      Berkurangnya minat
Dalam hal ini orang yang megalami sakit akan merasa stres terhadap penyakitnya, serta akan menurunnya kemamuan dalam beraktifitas.
D.  FAKTOR YANG MEMPENGAUHI PERILAKU SAKIT
1.         Faktor Fisik :Gejala dan tanda dari penyakit yang menonjol terlihat dan yang dapat dikenali dan dirasakan Faktor _Faktor Perilaku
2.         Faktor Seriousness :Faktor yang menunjukkan bahayanya penyakit ditinjau dari keparahan dari tanda dan gejala suatu penyakit.
3.         Faktor Sosial Relationships :Terhambat atau terputusnya hubungan dengan keluarga,pekerjaan ataupun dari peran sosial lainnya.
4.         Faktor Frekuensi :Yang menunjukkan frekuensi atau jumlah banyaknya tanda dan gejala yang muncul pada jangka waktu tertentu.
5.         Faktor Sensitivitas :Kepekaan seseorang terhadap kesakitan dan nilai  ambang rasa sakit yang masih dapat ditolerir pada masing masing individu.
6.         Faktor Knowledge dan asuransi : Faktor yang menerangkan tentang bagaimana seseorang menanggapi tanda dan gejala penyakit yang bermunculan dengan dikaitkan pada pengetahuan yang mereka miliki dan bagaimana asuransi atau upaya_upaya yang mereka lakukan.
7.         Faktor Kebutuhan Dasar :Faktor_faktor yang dianggap sangat berperan terhadap peningkatan status kesehatan klien,sesuai dengan penyakitnya masing)masing.
8.         Faktor responsiveness :Respon indivu seiring datangnya penyakit.
9.         Faktor persepsi :Masing_masing individu mempunyai interprestasi yang berbeda beda terhadap penyakit,khususnya klien dengan pihak luar.
10.     Faktor lingkungan tempat tinggal dan keturunan :Karakter demografi,geografi,dan psikografi serta fektor genetic individu.
11.     Faktor Budaya :Masing_masing individu mempunyai keyakinan dan nilai diri akan perilaku sehat ataupun sakit,yang haltersebut dapat dipengaruhi oleh latar belakang budaya individu tersebut.
12.     Faktor Sumber Daya :SDM ataupun SDA ditempat individu tinggal juga sangat mempengaruhi
E.   TAHAP-TAHAP PERILAKU SAKIT
1.      Prograstination yaitu proses penundaan pencarian pengobatan diantara waktu-waktu gejala pertama kali dirasakan dengan ketersediaan sumber daya.
2.    Self medication yaitu proses upaya pengobatan dan penyembuhan oleh diri dan Keluarganya dengan menggunakan berbagai ramuan atau resep pengobatan sendiri di toko obat,dengan tujuan pertolongan pertama maupun utama.
3.      Shopping yaitu proses mencari beberapa sumber pengobatan (medical care) yang berbeda-beda ,dengan tujuan mencari diagnosis dokter/institusi kesehatan.
4.      Fragmentation yaitu proses pengobatan atau penyembuhan oleh individu di beberapa tempat fasilitas kesehatan dalam rangka kemantapan pengobatan atau diagnosis.
5.      Discontinuity yaitu proses individu untuk menghentikan pengobatan atau tidak melanjutkan pengobatan karena merasa sembuh atau sumber daya telah habis.  
F.   DAMPAK SAKIT
                         Dampak sakit dapat terjadi pada individu yang telah mengalami sakit baik yang dirawat dirumah maupun dirumah sakit.kondisi sakit tersebut pun tidak dapat di pisahkan dari peristiwa kehidupan. Klien dan keluarga harus menghadapi berbagai perubahan yang terjadi akibat kondisi sakit dan pengobatan yang dilakukan. Setiap klien akan merespon secara unik terhadap kondisi sakit yang dialaminya, oleh karena itu intervensi keperawatan yang diberikan harus bersifat individu. Klien dan keluarga umumnya akan mengalami perubahan prilaku dan emosional, seperti peruban peran, gambaran diri, konsep diri, dandinamika dalam keluarga.
                        Dampak-dampak tersebut antara lain:
1.      Perubahan perilaku dan emosional:
                            Setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda-beda terhadap kondisi sakit atau terhadap ancaman penyakit. Reaksi perilaku dan emosi individu bergantung pada asal penyakit, sikap klien dalam menghadapi penyakit tersebut,reaksi orang lain terhadap penyakit yang diderita, dan berbagai variabel dari perilaku sakit,penyakit dengan jangka waktu yg singkat dan tidak mengfancam ehidupan akan menimbulkan sedikit perubahan perilaku pAda fungsi klien dan keluarga. Sedangkan penyakit yg berat terutama yg dapat mengancam kehidupan, dapat menimbulkan emosi dan perilaku yg lebih luas.
2.      Perubahan peran pada keluarga
                            Selama sakit peran dalam keluarga akan mengalami gangguan, mengingat terjadinya pergantian peran dari salah satu anggota keluarga yg mengalami sakit.
3.      Gangguan psikologi
                            Keadaan ini dapat mengakibatkan stress sampai mengalami kecemasan yg berat. Proses terganggunya psikolog inin diawali dengan adanya konflik terhadap dirinya seperti  kecemasan, ketakuatan, dll.
4.      Masalah keuangan
                            Masalah ini jelas akan terjadi karena adanya beberapa pengeluaran keuanganyg sebelumnya tidak diduga selam sakit mengingat biaya perawatan dan pengobatan cukup mahal.
5.      Kesepian akibat perpisahan
                            Dampak ini dapat terjadi pada seseorang yg sebelumnya berkumpul dengan keluarganya, namun ketika sakit ia harus dirawat dan berpisah engan keluarganya.
6.      Perubahan kebiasaan social
                            Dampak ini jelas terjadi pada pasien, karena sebelum sakit ia selalu berinteraksi dengan masyarakat disekitranya.
7.      Terganggunya privasi seseorang
                            Privasi sesorang dapat ditunjukkan pada perasaan menyenangkan yg merefleksikan tingkat penghargaan sesorang. Perasaan menyenagkan ini akan mengalami gangguan karena aktivitasnya terbatas dengan kehidupan dirumah sakit serta kebutuhannya terganggu sehingga dapt mengakibatkan perasaan tidak menyenangkan dan kebutuhan social sulit dicapai.
8.      Otonomi
                            Telah disediakan segala kebutuhan bagi pasien dirumah sakit yg mengakibatkan menurunnya kemampuan aktivitas pasien karena keadaan untuk mandiri dan mengatur diri sendiri sulit dicapai sehingga pasien aka tergantung.
9.      Perubahan gaya hidup
                            Adanya peraturan dan ketentuan dari rumah sakit tentang perilaku sehat serta aturan  dalam makanan, obat dan aktivitas yg menybabbkan seseorang akan mengalami perubahan dalam gaya hidup.
10.   Dampak pada citra tubuh
                              Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang terhadap enampilan fisiknya. Beberapa penyakit dapat mengakibatkan penampilan fisisk klien dan keluarga yg akan bereaksi  dengan cara yg berbeda-beda terhadap beberapa perubahan tersebut.

G.   PENINGKATAN KESEHATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT
Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit merupakan dua konsep yg berhubungan erat dan, dan pada pelaksanaanya, ada beberapa hal yg saling tumpang tindih satu sama lain. Kegiatan peningkatan kesehatan membantu klien untuk memelihara atau memperbaiki tingkat kesehatan mereka, sedangkan pencegahan penyakitbertujuan untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan yg besifat aktual maupun potensial.
Perbedaan kedua jenis kegiatan tersebut terdiri dari perbedaan motivasi dan tujuan. Kegiatan peningkatan kesehatan memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bertindak secara positif untuk meningkatkan kesehatannya yg lebih stabil. Kegiatan pencegahan penyakit memberi motivasi kepada masyarakat untuk menghindari penurunan tingkat kesehatan.
Macam-macam kegiatan peningkatan kesehatan :
1.      Peningkatan kesehatan pasif : Individu akan memperoleh manfaat dari kegiatan yg dilakukan oleh orang lain
2.      Peningkatan kesehatan aktif : Individu diberikan motivasi untuk melakukan program kesehatan tertentu. Misal program anti rokok, mereka dituntut aktif untuk mengurangi para perokok yg nantinya akan              menurunkan resiko penyakit yg terjadi karena merokok.
Macam-macam tingkat pencegahan penyakit :
1.      Pencegahan primer : Pencegahan yg dilakukan sebelum terjadi penyakit dan gangguan fungsi, dan diberikan pada klien yg sehat secara fisik dan mental. Pencegahan primer terdiri dari program pendidikan kesehatan  imunisasi, dan kegiatan penyediaan nutrisi.
2.      Pencegahan sekunder          : Pencegahan berfokus pada individu yg mengalami masalah kesehatan atau penyakit. Aktivitas pencegahan sekunder dilakukan melalui pembuatan diagnosa dan pemberian intervensi yg tepat, sehingga dapat mengurangi kondisi yg parah dan  memungkinkan klien kembali pada kondisi kesehatan normal sedini mungkin. Pencegahan sekunder terdiri dari teknik skrining dan pengobatan penyakit untuk membatasi kecacatan dengan menghindarkan atau menunda akibat yg timbul dari perkembangan penyakit.
3.      Pencegahan tersier: Pencegahan dilakukan ketika terjadi kecacatan dan tidak dapat disembuhkan. Pencegahan tersier terdiri dari cara meminimalkan akibat penyakit yg bertujuan untuk mencegah komplikasi.   Kegiatan tersebut ditujukan untuk melaksanakan tindakan rehabilitas, daripada pembuatan diagnoosa dan tindakan pengobatan sehingga klen akan mencapai tingkat fungsi setinggi mungkin, sesuai dengan penyakit atau kecacatannya.





H.  KONSEP SAKIT
1.      PERANAN SAKIT
a)   Definisi Person (1951) yaitu perilaku khusus seseorang yang sakit sesuai dengan kebutuhan normatif.
b)   Orang berpenyakit (heaving a desease) yaitu kondisi patologis yang obyective- belum tentu berubah peranan di masyarakat.
c)    Orang sakit (heaving a illness) yaitu persepsi/evaluasi indiviu terhadap kondisi tubuhnya- berubah peranannya di masyarakat/lingkungan.
d)   Peranan orang sakit (pasien) harus mendapat pengakuan dan dukungan di masyarakat dan anggota keluarga yang sehat secara wajar. Masyarakat/anggota keluarga mengisi lowong posisi/peran di masyarakat/keluarga.
e)   Orang sakit memiliki hak (right) dan kewajiban (obligation).
2.      HAK ORANG SAKIT
a)   Bebas dari segala tanggung jawab social (keluarga,tempat kerja,atau organisasi masyrakat).
b)   Menuntut (mengklaim bantuan/perawat orang lain.
3.      KEWAJIBAN ORANG SAKIT
a)   Sembuh dari penyakitnya.
b)   Mencari pengakuan nasehat-nasehat dan kreja sama dengan petugas kesehatan.
c)    Selalu harus dalam kondisi sehat (hak-kewajiban).
4.      TAHAP PROSES SAKIT
a)   Tahap Gejala
Tahap ini merupakan tahap awal seseorang mengalami proses sakit dengan ditandai adanya perasaan tidak nyaman terhadap dirinya karena timbulnya suatu gejala dapat meliputi gejala fisik seperti adanya perasaan nyeri.panas dan lain-lain sebagai manifestasi terjadinya ketidakseimbangan dalam tubuh.
b)   Tahap Asumsi Terhadap Sakit
Pada tahap ini seseorang akan melakukan interpretasi terhadap sakit yang dialaminya dan akan merasakan keraguan pada kelainan atau gangguan yang dirasakan pada tubuhnya.
c)    Tahap Kontak Dengan Pelayanan Kesehatan
Tahap ini seseorang telah mengadakan hubungan dengan pelayanan kesehatan dengan meminta nasehat dari profesi kesehatan seperti dokter,perawat atau lainnya yang dilakukan atas inisiatif dirinya sendiri.
d)   Tahap Ketergantungan
Tahap ini terjadi setelah seseorang dianggap mengalami suatu penyakit yang tentunya akan mendapatkan bantuan pengobatan sehingga kondisi seseorang sudah mulai ketergantungan dalam pengobatanakan tetapi tidak semua orang mempunyai tingkat ketergantungan yang sama melainkan berbeda berdasarkan tingkat kebutuhannya.
e)   Tahap Penyembuhan
Tahap ini merupakan tahap terakhir menuju proses kembalinya kemampuan untuk beradaptasi,dimana seseorang akan melakukan proses balajar untuk melepaskan perannya selama sakit dan kembali berperan seperti sebelum sakit serta adanya persiapan untuk berfungsi dalam kehidupan sosial.





 DAFTAR PUSTAKA

Potter,pery..2005.” Fundamental Keperawatan”.EGC:Jakarta

PERUBAHAN SISTEM GASTRO INTESTINAL DAN KARDIOVASKULER PADA LANSIA
Pendahuluan
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ada tiga aspek yang perlu di pertimbangkan yaitu ;aspke biologi,aspek ekonomi,dan aspek social.Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik sehingga semakin rentannya terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kematian.hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,jaringan serta system organ.secara ekonomi penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban daripada sebagai sumber daya.banyak ornag beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua sering kali di persepsikan secara negative sebagai beban keluarga dan masyarakat. Dari aspek social,penduduk  lanjut usia merupakan satu kelompok social sendiri.di Negara barat penduduk lanjut usia menmpati strata social di bawah kaum muda.hal ini dilihat dari keterlibatan merekan terhadap sumber daya ekonomi,pengaruhterhadap pengambil keputusan serta luasnya hubungan social yang semakin menurun.Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas social yang tinggi yang harus di hormati oleh warga kaum muda.
Menurut Bernice Neugarten (1968) James C.Chalhoum (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.Tetapi bagi orang lain periode ini adalah permulaan kemunduran.usia tua dipandang sebagai masa kemunduran,masa kelemahan manusiawi dan social.Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang homogeny.usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda.ada orang lanjut usia yang mampu melihat arti penting usia tua dalam konteks eksistensi manusia,yaitu sebagai masa hidup yang member mereka kesempatanpkesempatan untuk tumbuh,berkembang serta berbakti.Ada juga lanjut usia yang memandang usia tua dengan sikap-sikap yang berkisar antara kepasrahan yang pasif dan pemberontakan,penolokan dan keputusasaan.Lansia ini menjadi terkunci dalam diri mereka sendiri dengan demikian semakin cepat kemerosotan jasmani dan mental mereka sendiri.
Proses penuaan adalah sesuatu yang kompleks yang dapat dijelaskan secara kronologis,fisiologis dan fungsional.
Usia kronologis merujuk pada jumlah tahun seseorang telah hidup..Mudah untuk diidentifikasikan  dan diukur,ini adalah metode objektif yang paling umum digunakan.Di Amerika serikat,usia tua kadang kala di klasifikasikan dalam tiga kelompok katagoru kronologis :
1)     Tua – Awal (usia 65 sampai usia 74 tahun)
2)     Tua – Pertengahan (usia 75 sampai usia 84 tahun)
3)     Tua – Akhir (usia 85 tahun keatas)
Selain itu,usia kronologis menjadi criteria dalam masyarakat untuk mengatagorikan aktivitas-aktivitas tertentu,seperti mengemudi,bekerja sebagai karyawan, dan pengumpulan pension.dengan berlakunya Socialsecurity Act dan didrikannya medicare,usia 65 tahun menjadi usia minimum keabsahan untuk pension.Dengan demikian usia 65 tahun adalah usia yang diakui untuk menjadi warga negara senior di Amerika serikat.Akan tetapi,banyak orang yang menetang ketentuan ini.
Usia Fisiologis merujuk pada penetapan usia dengan fungsi tubuh.Meskipun perubahan terkait usia dialami setiap orang,mustahil untuk mengetahui dengan tepat saat perubahan ini terjadi.itulah sebabnya mengapa usia fisiologis tidak digunakan dalam menetapkan usia seseorang.
Usia Fungsional merujuk pada kemapuan seseorang berkontribusi pada masyarakat dan bermanfaat untuk orang lain serta dirinya sendiri.Berdasarkan fakta bahwa tidak semua individu pada usia yang berdasarkan kurun waktu memiliki fungsi pada tingkat yang sama.banyak orang secara kurun waktu lebih tua tetapi bugar secara fisik,aktif secara mental, dan anggota masyarakat yang produktif.ada orang yang muda secara kurun waktu,tetapi secara fisik dan fungsional tua.



Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan dan kardiovaskuler
A.sistem pencenaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
1.      Mulut
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
2.      Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
3.      Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso – “membawa”, dan έφαγον, phagus – “memakan”).
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
1)     bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
2)     bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
3)     serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
4.      Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu :
1)     Kardia.
2)     Fundus.
3)     Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
1)     Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
2)     Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
3)     Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
5.      Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar )
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
6.      Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
1)     Kolon asendens (kanan)
2)     Kolon transversum
3)     Kolon desendens (kiri)
4)     Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
7.      Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
8.      Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum.
9.      Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
10.  Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
1)     Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
2)     Pulau pankreas, menghasilkan hormon
11.  Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.
12.  Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap – bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
1)     Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
2)     Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
B.  sistem kardiovaskuler
System kardiovaskuler terdiri atas jantung,pembuluh darah dan saluran limpfe.Jantung merupakan organ pemompa yang besar yang memelihara sirkulasi keseluruh tubuh.Areteri membawa darah dari jantung.vena membawa darah ke jantung.kapiler menggabungkan arteri dan vena dan merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan.disini juga terjadi pertkaran gas dalam cairan ekstraseluler atau interstisiil.
1.      Jantung
Jantung adalah organ berupa otot,berbentuk kerucut,berongga dan dengan basisnya di atas dan puncaknya di bawah.apex 9puncak) mering kesebelah kiri.Berat jantung kira –kira 300gram. Jantung memiliki tiga permukaan : facies sternocostalis, diaphragmatica, dan basis cordis. Jantung dibagi oleh septa vertikal menjadi empat ruang: atrium dextrum, atrium sinistrum, ventriculus dexter, dan ventriculus sinister.
Atrium dextrum terdiri atas rongga utama dan sebuah kantong kecil, auricula. Bagian atrium di anterior berdinding kasar atau trabekulasi oleh karena tersusun atas berkas serabut-serabut otot, musculi pectinati, yang berjalan melalui crista terminalis ke auricula dextra. Pada atrium dextrum bermuara vena cava superior et inferior, sinus coronarius, dan vena cordis minimae. Ostium atrioventriculare dextrum terletak anterior terhadap muara vena cava inferior dan dilindungi valva tricuspidalis. Pada atrium dextrum juga terdapat septum interatriale yang memisahkan kedua atrium. Pada septum inilah terdapat fossa ovalis yang merupakan obliterasi dari foramen
Ovale saat masih janin.(Snell,2006)
Ventriculus dexter berhubungan dengan atrium dextrum melalui ostium atrioventriculare dextrum dan dengan truncus pulmonalis melalui ostium trunci pulmonalis. Sewaktu mendekati trunci pulmonalis rongga berubah seperti corong yang dinamakan infundibulum. Dinding ventrikel dexter jauh lebih tebal dibangding atrium karena ada trabecula carnae. Trabecula ini terdiri atas tiga jenis: mm. papillares, trabecula septomarginalis (berisi bundle hiss), dan rigi yang menonjol. Mm. papillares dengan valva tricupidalis dihubungkan oleh tali fibrosa yang disebut
Chorda tendinea.(Snell,2006)
Atrium sinistrum memiliki dinding yang paling tipis diantara seluruh jantung. Empat vena pulmonales, dua dari masing-masing paru bermuara pada dinding posterior dan tidak memiliki katup. Ostium atrioventricularis sinistrum dilindungi oleh valva
mitralis. (Snell, 2006)
Ventriculus sinister berhubungan dengan atrium sinistrum melalui ostium atrio-ventricularis yang dilindungi valva mitralis dan aorta melalui ostium aortae yang dilindungi valva semilunaris aorta. Dindingnya paling tebal diantara seluruh jantung. Terdapat trabecula carnae yang berkembang dengan baik, dua buah mm. papillares yang besar, tapi tidak terdapat trabecula septomarginalis. (Snell, 2006)
2.      Pembuluh Darah
Ada tiga macam pembuluh darah: arteria, vena, dan kapiler. Arteria membawa darah dari jantung dan mendistribusikannya ke seluruh jaringan tubuh melalui cabang-cabangnya. Arteri yang kecil disebut arteriola, persatuan cabang-cabang disebut anastomosis. Vena adalah pembuluh yang membawa darah kembali ke jantung; banyak diantaranya yang mempunyai katup. Vena yang terkecil disebut venula, vena yang lebih besar atau muara-muaranya, bergabung membentuk vena yang lebih besar lagi, yang biasanya membentuk satu hubungan dengan yang lain menjadi plexus venosus. Vena yang keluar dari gastrointestinal tidak langsung menuju ke jantung tetapi bersatu membentuk vena porta. Kapiler adalah pembuluh yang sangat kecil dan menghubungkan arteriola dengan venula. (Snell, 2006)
       


Perubahan fisiologis system pencernaan dan kardiovaskuler Pada lansia
1.  System pencernaan
Penuaan dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan metabolism di sel lainnya.Proses ini menyebabkan penurunan fungsi tubuh dan perubahan komposisi tubuh
Perubahan pada system pencernaan :
1)     Kehilangan gigi,penyebab utama adanya periodontal desease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun.Penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2)     Indera pengecap menurun.Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir.atropi indera pengecap (±80%),hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah teritama rasa manis,asin,asam,pahit.Selain itu sekresi air ludah berkurang sampai kira-kira 75% sehingga mengakibatkan rongga mulut menjadi kering dan bisa menurunkan cita rasa.
3)     Usofagus melebar.Penuaan usofagus berupa pengerasan sfringfar bagian bawah sehingga menjadi mengendur (relaksasi) dan mengakibatkan usofagus melebar (presbyusofagus).Keadaan ini memperlambat pengosongan usofagus dan tidak jarang berlanjut sebagai hernianhiatal.Gangguan menelan biasanya berpangkal pada daerah presofagus tepatnta di daerah osofaring penyebabnya tersembunyi dalam system saraf sentral atau akibat gangguan neuromuskuler seperti jumlah ganglion yang menyusut sementara lapisan otot menebal dengan manometer akan tampak tanda perlambatan pengosongan usofagus.
4)     Lambung,rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun).Lapisan lambung menipis diatas 60 tahun,sekresi HCL dan pepsin berkurang,asam lambung menurun,waktu pengosongan lambung menurun dampaknya vitamin B12 dan zat besi menurun.
5)     Peristaltic lemah dan biaanya timbul konstipasi
6)     Fungsi absopsi melemah (daya absorpsi terganggu).Berat total usus halus berkurang diatas usia 40 tahun meskipun penyerapan zat gizi pada umumnya masih dalam batas normal,kecuali kalsium (diatas 60 tahun)dan zat besi.
7)     Liver (hati).Penurunan enzim hati yang terlibat dalam oksidasi dan reduksi,yamg menyebabkan metabolisme obat dan detoksifikasi zat kurang efisien.

2.  Sistem kardiovaskuler
1)     Ukuran jantung agak mengecil.
2)     Kehilangan kekuatan kontraktil dan efisiensi jantung.
3)     Penurunan curah jantung sekitar 30% sampai 35% pada usia 70 tahun.
4)     Penebalan katup jantung,yang menyebabkan penutupan yang tidak sempurna (murmur sistolik).
5)     Peningkatan ketebalan dinding ventrikel kiri sekitar 20% antara usia 30 dan 80 tahun
6)     Infiltrasi jaringan fibrosa pada nodus sinoatrial dan jaras atrial intermodal,yang menyebabkan fibrilasi oleh flutter atrium.
7)     Dilatasi dan peregangan vena.
8)     Penurunan sebesar 35% dalam aliran darah arteri koroner antara usia 20 dan 60 tahun.
9)     Peningkatan kekakuan aorta,yang menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik yang tidak proporsional dengan diastolic,yang menyebabkan pelebaran tekanan nadi
10)    Perubahan elektrokardiogram (EKG): peningkatan interval PR,kompleks QRS,dan QT,penurunan amplitude komplek QRS,pergeseran aksis QRS ke kiri.
11)    Frekuensi jantung membutuhkan waktu yang lebih lama agar kembali normalsetelah berolahraga.
12)    Penurunan kekuatan dan elastisitas pembuluh darah,yang berperan pada insufisiensi arteri dan vena.
13)    Penurunan kemampuan berespon terhadap stress fisik dan emosional.







Gangguan system pencernaan dan kardiovaskuler
A. Gangguan Sistem Pencernaan pada Lansia
1.    Anemia (defisiensi zat besi)
Anemia cukup umum pada populasi lansia,yang mungkin disebabkan kondisi predisposisi yang mendasari,seperti malnutrisi,dan infeksi kronis.Prognosis anemia lebih baik setelah therapy penggantian zat besi.
1)     Etiologi
·         Asupan diet zat besi yang tidak adekuat atau diet tidak seimbang yang buruk
·         Malabsorpsi zat besi,seperti pada diare kronis,gastrektomi parsial atau total,dan sindrom malabsorpsi seperti penyakit seliak
·         Kehilangan darah sekunder akibat perdarahan GI yang disebabkan obat (akibat antikoagulan,aspirin,steroid) atau akibat perdarahan karena trauma,ulkus GI,tumor ganas,dan varises.
·         Hemolisis intravascular yang disebabkan hemoglobulinuria atau hemoglobulinuria nokturia paroksimal.
·         Trauma eritrosit mekanis yang disebabkan oleh katup jantung prostetik atau filter vena kava.
2)     Tanda dan gejala
·         Dapat asimtomatik selama bertahun-tahun.
·         Keletihan
·         Sakit kepala
·         Tidak dapat berkonsentrasi
·         Nafas pendek (khusus pada kerja fisik)
·         Penigkatan frekuensi infeksi
·         Pada anemia kronis, disfagia efek neuromuskuler (gangguan vasomotorik,parestesia,dan nyeri neuralgik),glosistis (lidah merah,bengkak,lunak,berkilat dan nyeri tekan),stomatitis serta kuku rapuh.
·         Pada tahap lanjut,takhikardia (disebabkan oleh penurunan perfusi oksigen dan peningkatan curah jantung)
3)     Pemeriksaan Diagnostik
·         Pemeriksaan darah dapat menunjukan hal-hal berikut :
o   Kadar Hb rendah (<12gr/dl pada pria,<10gr/dl pada wanita)
o   Hematokrit rendah (<47ml?dl pada pria,<42ml/dl pada wanita)
o   Kadar zat besi serum rendah,
o   Hitung SDM rendah
·         Pemeriksaan sumsum tulang menunjukan deplesi atau tidak ada simpanan zat besi dan hyperplasia normoblastik
·         Pemeriksaan Gi,seperti uji feses ,barium telan dan enema,endoskopik,dan sigmoidoskopi untuk menyingkirkan atau memastikan apakah perdarahan disebabkan defisiensi zat besi.
4)     Penanganan
Sebelum penanganan dapat dimulai,penyebab yang mendasari anemia harus dipastikan.Selanjutnya terapi penggantian zat besi yang terdiri atas preparat oral atau kombinasi zat besi dan asam askorbat (meningkatkan absorpsi zat besi) dapat diberikan.
5)     Diagnosa keperawatan
·         Ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi zat besi dalam diet
o   Intervensi
§  Berikan suplemen zat besi sesuai program
§  Pantau kepatuhan pasien terhadap terapi penggantian zat besi yang diprogramkan.
§  Pantau apakah pasien mengalami over dosis penggantian zat besi.
§  Pantau hitung darah lengkap pasien dan zat besi serum dengan teratur
§  Kaji kebiasaan diet keluarga untuk asupan zat besi
§  Evaluasi riwayat obat-obatan pasien.
·         Gangguan ferpusi jaringan berhubungan dengan penurunan Hb
o   Intervensi
§  Berikan terapi oksigen jika perlu untuk membantu mencegah dan mengurangi hipoksia
§  Berikan periode istirahat yang sering untuk mengurangi kelemahan fisik
§  Sesuai program,berikan analgesic untuk mengurangi sakit kepala dan ketidaknyamanan lain.
§  Pantau pasien apakah ada tanda dan gejala penururnan perfusi ke organ-organ vital
§  Pantau frekuensi nadi pasien dengan sering
6)     Penyluhan
·         Berikan penjelasan pasien tentang penyakitnya dan program pengobatan
·         Anjurkan pasien untuk tidak berhenti terapi
·         Informasikan kepada pasien bawsa susu dan antasida mengganggu absorpsi tetapi vitamin c dapat meningkatkan absorpsi.
·         Beri tahu pasien untuk melaporkan setiap efek merugikan dari terapi zat besi seperti : mual,muntah,diare,dan konstipasi
·         Ajarkan pasien untuk menjadwalkan aktivitas dengan periode istirahat yang dapat disesuaikan dengan kondisi anemianya.
·         Karena defisiensi zat besi dapat berulang,jelaskan kebutuhan untuk pemeriksaan teratur dan kepatuhan terhadap terapi yang diresepkan.
2.    Gastritis Kronis
Gastritis adalah suatu inflamasi mukosa lambung yang dapat bersifat akut ataupun kronik.gastritis akut adalah penyakit lambung yang paling umum,menyebabkan kemerahan pada mukosa,edema,hemoragi dan erosi.
Gastrits kronis biasanya terjadi pada lansia dan pasien yang mengalami anemia pernisiosa.gastritis kronis biasanya melibatkan kondisi patologi yang mendasari akibat dari atropi mukosa lambung.gastritis kronis kronis dapat mengalami ulkus lambung dan karsinoma.
1)     Etiologi
Diperkirakan oleh heliobacter pylori.
2)     Tanda dan gejala
·         Tanda dan gejala seperti gastritis  akut yaitu seperti :ketidaknyamanan pada epigastrik,nyeri karena sulit mencerna makanan,anoreksia,mual serta muntah.
·         Intoleransi terhadap makanan pedas dan berlemak
·         Nyeri epigastrik ringan yang mereda dengan makan
3)     Pemeriksaan diagnostic
·         Endoskopi GI untuk memastikan gastritis dilakukan dalam 24 jam perdarahan.pemeriksaan ini dikontraindikasikan setelah menelan agens korosif.
·         Pemeriksaan laboratorium dapat mendeteksi perdarahan samar dalam muntah atau feses,jika pasien mengalami perdarahan lambung
·         Pemeriksaan darah menunjukan bahwa kadar Hb dan Ht mengalami penurunan apabila pasien mengalami anemia akibat perdarahan.
·         Pemeriksaan H pylori dan nafas berbau urea memperlihatkan adanya antibody H pylori
4)     Penanganan
Prioritas penanganan segera adalah menghilangkan penyebab gastritis.sebagai contoh,gastritis yang disebabkan oleh bakteri diobati dengan antibiotic,ingesti racun dinetralkan dengan antidote yang tepat.
Untuk pasien yang menderita gastritis kronis,antasida diberikan perjam,yang dapat mengurangi frekuensi gastritis akut.Sebagaian pasien memerlukan analgetik sampai terjadi pemulihan,kebutuhan oksigen,volume darah serta keseimbangan cairan perlu diperhatikan.
5)     Diagnose keperawatan
·         Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anorexia
o   Intevensi
§  Kaji intake makanan,
§  Timbang BB secara teratur,
§  Berikan perawatan oral secara teratur, anjurkan klien makan sedikit tapi sering,
§  Berikan makanan dalam keadaan hangat,
§  Auskultasi bising usus,
§  Kaji makanan yang disukai,
·         Resti gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, muntah
o   Intervensi
§  Kaji tanda dan gejala dehidrasi,
§  Observasi TTV,
§  Ukur intake dan out
§  Anjurkan klien untuk minum ± 1500-2500ml,
§  Observasi kulit dan membran mukosa,
§  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus
·         Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung
o   Intervensi
§  Kaji skala nyeri dan lokasi nyeri,
§  Observasi TTV,
§  Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman,
§  Anjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam,
§  Lakukan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi untuk mengurangi nyeri
6)     Penyluhan
·         Ajarkan pasien mengenal penyebab,pemeriksaan diagnostic serta program pengobatan
·         Berikan pasien daftar makanan yang dihindari,seperti : merica,atau makanan yang sangat berbumbu,alcohol,kafein
·         Jika pasien merokok anjurkan unutk berhentibantu
·         Ajari pasien cara mengatasi stress,seperti; meditasi,relaksasi,nafas dalam dan imajinasi terbimbing
·         Ajarkan anggota keluarga tentang pentingnya mendukung pasien ketika ia membuat perubahan diet dan gaya hidup yang diperlukan.
3.    Inkontinensia fekal
Meskipun biasanya bukan merupakan tanda penyakit mayor,inkontinensia dapat menyebabkan gangguan yang serius pada kesejahteraan fisik dan psikologis lansia.
Inkontinensia fekal dapat terjadi secara bertahap (seperti demensia) atau tiba-tiba (seperti cedera medulla spinalis).
1)     Etiologi
·         Inkontinensia fekal biasanya akibat dari statis fekal dan impaksi (sebagai suatu massa atau kumpulan yang mengeras) yang disertai penurunan aktivitas,
·         Diet yang tidak tepat.
·         Penggunaan laksatif yang kronis
·         Penurunan asupan cairan
·         Deficit neurologis
·         Komplikasi pembedahan pelvis,prostat atau rektum
·         Obat-obatan seperi antihistamin,psikotropik dan preparat besi
2)     Tanda dan gejala
·         Rembesan feses yang terus menerus dari rectum
·         Ketidakmampuan mengenali kebutuhan defekasi
·         Kram abdomen dan distensi
3)     Pemeriksaan dianostik
·         Pemeriksaan rectum digital dapat menyingkirkan inpaksi fekal
·         Kolonoskopi mungkin diperlukan untuk mendeteksi gangguan usus lainnya.
4)     Penanganan
·         Pasien yang mengalami inkontinensia fekal harus dikaji penyebab masalah yang mendasari penyakitnya dengan cermat.Pelatihan kembali defekasi merupakan terapi pilihan bijak, misalnya adalah tonus sfingter anal yang buruk,latihan otot-otot panggul dapat membantu mengoreksinya.lansia dapat diajarkan untuk mengontrkasikan dan merilekskan sfingter anal dalam program latihan yang teratur untuk menguatkan otot-otot tersebut.
·         Jika inkontinensia disebabkan oleh impaksi,sumbatan harus dihilangkan dengan enema atau secara manual.Enema atau supositoria dapat digunakan secara berulang untuk mendapatkan evakuasi feses yang tuntas
5)     Diagnose keperawatan
·         Inkontinensia fekal berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler,
o   Intervensi
§  Berikan asupan cairan yang adekuat
§  Mulai aktivitas dan program olah raga
§  Tetapkan latihan kebiasaan,mencakup toileting yang terjadwal seperti setelah sarapan pagi,tingkatkan kesadaran akan refleks defekasi,
§  Jika terdapat kerusakan neurologis berat,induksi konstipasi dengan antidiare dan diet berserat rendah,selang-seling
·         Ansietas berhubungan dengan inkontinensia fekal
o   Intervensi
§  Jadwalkan waktu tambahan untuk mendorong dan member dukungan pada pasien untuk mengurangi rasa malu
§  Berikan dukungan akibat kehilangan pengendalian
§  Berikan pujian atas keberhasialn pasien
·         Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inkontinensia fekal
o   Intervensi
§  Pertahankan perawatan hygiene yang efektip untuk meningkatkan kenyamanan pasien dan mencegah kerusakan kulit dan infeksi
§  Bersihkan area perianal sesering mungkin
§  Oleskan krim awar pelembab
§  Kendalikan bau yang tidak sedap
6)     Penyuluhan
·         Ajarkan pasien untuk secara bertahap menghilangkan penggunaan laksatif
·         Libatkan keluarga untuk melakukan perawatan kulit untuk mencegah iritasi dan infeksi
4.    Konstipasi
Seiring bertambahnya usia dan perubahan fisiologis yang normal,konstipasi umum terjadi pada lansia.konstipasi diperburuk oleh nutrisi yang buruk,asupan cairan yang rendah,dan imobilisasi.konstipasi terjadi karena penurunan peristaltic koon dan perlambatan impuls syaraf yang merasakan kebutuhan akan defekasi.Dengan bertambahnya usia,sfingter anal interna kehilangan tonusnya dan defekasi tertunda.Jika tidak diobati konstipasi dapat menyebabkan impaksi fekal dan megakolon.
1)     Tanda dan gejala
·         Periode waktu lama antara defekasi
·         Keram dan kembung pada abdomen
·         Abdomen keras
·         Mengejan selama defekasi
·         Feces kecil dank eras
·         Bising usus jauh atau kurang terdengar
·         Nyeri punggung
·         Sakit kepala
2)     Pemeriksaan diagnostic
·         Pemeriksaan rectum digital dapat memastikan atau menyingkirkan masalah fisiologis
3)     Penanganan
·         Penanganan jangka pendek dapat terdiri dari laksatif yang kuat untuk mengosongkan seluruh usus.
·         Pengobatan jangka panjang mencakup diet tinggi serat,asupana caiaran yang adekuat,mengurangi penggunaan laksatif dan member waktu yang cukup unuk mengevakuasi usus secara tuntas sesuai rutinitas normal.
·         Untuk impaksi fekal pengangkatan feces manual diikuti dengan enema yang mengguanakan retensi-minyak hangat dan enema yang mengguanakan sabun pembersih.Setelah 3 hari pasien mendapat pelunak feces dan stimulasi defekasi.
4)     Diagnose keperawatan
·         Konstipasi yang berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, obstruksi usus, megakolon,Imobilisasi, asupan cairan dan serat yang tidak adekuat
o   Intervensi
§  Tanyakan pasien mengenai asupan dietnya
§  Dorong peningkatan asupan cairan dan diet tinggi serat
§  Berikan pelunak feces sesuai resep
§  Anjurkan pasien merespon desakan untuk defekasi dengan segera
§  Anjurkan peningkatan aktivitas olahraga
5)     Penyluhan
Ajarkan pasien lansia metoda untuk mengurangi konstipasi yang mencakup:
·         Diet tinggi serat
·         Peningkatan asupan cairan
·         Aktifitas fisik yang lebih banyak
·         Membuat penyesuaian dengan keterbatasan fisik yang dapat menghambat kemampuan pergi ke kamar mandi sebelum desakan untuk defekasi hilang.

B. Gangguan Sistem Kardiovaskuler pada Lansia
1)   Hipertensi
Hipertensi di cirikan dengan peningkatan tekanan diastolic atau sistolik yang intermiten atau menetap.pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia lebih dari 50 tahun memastikan hipertensi.Insiden hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
1)     Etiologi hipertensi pada lansia
·         Akibat vasokontriksi terkait dengan penuaan yang menyebabkan resistensi perifer.
·         Hipertiroidisme
·         Parkinsonisme.
·         Penyakit paget : suatu kanker kulit yang jarang terjadi, yang menyerupai dermatitis (peradangan kulit berupa bercak kemerahan) dan berasal dari kelenjar di dalam atau di bawah kulit).
Penyakit Paget biasanyanya berasal dari kanker pada saluran susu di payudara, sehingga kanker ini biasanya ditemukan di sekitar puting susu
·         Anemia
Factor resiko hipertensi
·         Diabetes Melitus
·         Ras (> kulit hitam)
·         Riwayat keluarga
·         Jenis kelamin
·         Gaya hidup : obesitas,asupan garam tinggi,asupan alcohol yang berlebihan,penggunaan kontrasepsi oral
2)     Tanda dan gejala
·         Kadang-kadang tanpa gejala
·         Terbangun dengan sakit kepala pada bagian oksipital yang berkurang secara spontan setelah beberapa jam
·         Pusing
·         Kehilangan ingatan
·         Palpitasi
·         Keletihan impotensi
·         Dll
3)     Pemeriksaan diagnostic
·         Pemeriksaan darah
·         Urinalisis dapat memperlihatkan protein,sel darah merah yang menunjukan penyakit ginjal
·         ECG
·         Sinar-x
4)     Penanganan
·         Penatalaksanaan umum adalah penatalakasanaan tanpa obat-obatan, yang menurut beberapa ahli sama pentingnya dengan penatalaksanaan farmakologik, bahkan mempunyai beberapa keuntungan, terutama pada pengobatan hipertensi ringan yaitu :
o   Diet rendah garam
o   Diet rendah lemak
o   Berhenti merokok
o   Menurunkan BB
o   Olahraga teratur
o   Relaksasi dan rekreasi serta cukup istirahat
o    Walaupun masih banyak diteliti konsumsi seledri, pace, ketimun, belimbung wuluh dan bawang putih ternyata banyak membantu dalam usaha menurunkan tekanan darah
·         Medikanmentosa
o   Diuretic
o   Obat-obatan penurun tekanan darah
5)     Diagnose keperawatan
·         Resiko cedera berhubungan dengan komplikasi hipertensi
o   Intervensi
§  Jika pasien dihospitalisasi cari tahu apakah ia meminum obat antiheprtensi yang diresepkan
§  Berikan obat-obatan diuretic dan antihipertensi sesuai program
§  Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
§  Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah pengunjung.
§  Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi
§  Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
§  Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.
§  Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
§  Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi

·         Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik
o   Intervensi
§  Kaji kemampuan klien untuk melakukan kebutuhan perawatan diri
§  Beri pasien waktu untuk mengerjakan tugas
§  Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
§  Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan klien / atas keberhasilannya
6)     Penyuluhan
·         Fokuskan penyuluhan dalam membantu lansia untuk membiasakan hidup dengan hipertensi dan mengontrol hipertensinya
·         Untuk mendorong kepatuhan terhadap therapy anjurkan penetapan rutin harian untuk minum obat
·         Jelaskan bahayanya bila tidak minum obat
·         Untuk lansia yang merokok jelaskan efek merokok dan bahayanya merokok
2)   Gagal jantung
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi untuk metabolisme jaringan tubuh, sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi
Gagal jantung pada lansia dapat dipicu oleh penyakit jantung koroner (CAD),hipertensi,stenosis mitral,komplikasi multi system (penyakit ginjal,hati atau penyakit paru)
Perubahan yang terkait dengan usia menyebabkan yang menyebabkan gagal jantung antara lain penurunan elastisitas dan ukuran lumen pembuluh darah serta peningkatan tekanan darah yang mengganggu suplay darah jantung.
1)     Tanda dan gejala
a)      Gagal jantung kiri
·         Perasaan badan lemah
·         Cepat lelah
·         Sesak nafas
·         Batuk
·         Keringat dingin.
·         Takhikardia
·         Dispnea
b)     Gagal jantung kanan
·           Edema tumit dan tungkai bawah
·           Gangguan gastrointestinal (perut kembung, anoreksia dan nausea) dan asites.
·           Penambahan cairan badan
·           Asites
·           Vena jugularis yang terbendung
·           Hepatomegali
2)     Penatalaksanaan
·         Untuk menurunkan kerja jantung
·         Untuk meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miokard
·         Untuk menurunkan retensi garam dan air
3)     Diagnosa keperawatan
·         Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay dan demand oksigen
o   Intervensi
§  Catat frekuensi jantung, irama dan perubahan TD sebelum dan sesudah aktifitas
§  Tingkatkan istirahat dan batasi aktifitas
§  Anjurkan menghindari peningkatan tekanan abdomen
§  Pertahankan klien tirah baring
§  Evaluasi tanda vital saat aktifitas
§  Pertahankan penambahan O2 sesuai pesanan
§  Selama aktifitas kaji EKG, dispnoe, sianosis, frekuensi dan pola nafas.
§  Rujuk program rehabilitasi jantung
·         Risiko kambuh berhubungan dengan ketidaktahuan mengenai perawatan gagal jantung
o   Intervensi
§  Diskusikan mengenai fungsi normal jantung.
§  Jelaskan manfaat diet rendah garam, rendah lemak dan mempertahankan berat yang ideal.
§  Jelaskan kepada klien dan keluarga mengenai factor-faktor yang dapat meningkatkan risiko kambuh.
§  Jelaskan untuk memeriksa diri bila ada tanda-tanda kambuh.
§  Menyarankan kepada keluarga untuk memanfaatkan sarana kesehatan dim masyarakat.
4)     Penyluhan
·         Jelaskan mengenai penyakit,pengobatan dan pemeriksaan yang diprogramkan pada pasien.
·         Diskusikan perlunya modifikasi diet dan gaya hidup.
·         Tekankan pentingnya pemeriksaan darah secara periodic untuk memonitor kadar obat-obatan
·         Jika pasien meminum digoksin ajarkan pasien tanda dan gejala toksisitas seperti anoreksia,muntah,frekuensi nadi lambat atau tidak teratur.
·         Tekankan pentingnya meminum obat sesuai resep
·         Anjurkan pasien untuk menghindari makanan yang tinggi natrium seperti ; makanan kaleng dan makanan siap saji yang dujual bebas,dan membatasi kelebihan beban cairan.















           
DAFTAR PUSTAKA
1.      Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic,Evelyn C.Pearce,cet.24,Jakarta ;GM,2002.
2.      Asuhan keperawatan geriatric/editor,Jaime L.Stockslager,et al : alih bahasa,Nike Budhi Subekti;editor edisi bahasa Indonesia Nur Meity Sulistia Ayu.ed.2.jakarta : EGC,2007
3.      Pengkajian gerontology.Annette Giesler Lueckenotte.Ed.2.Jakarta.EGC.1998.
 
Copyright (c) 2010 Dhe aDhel adhelia. Design by WPThemes Expert

Themes By Buy My Themes and Direct Line Insurance.