Waiting is the best way???
Menunggu adalah hal yang paling membosankan!
Akhir – akhir ini kalimat diatas memenuhi isi otak anak – anak kelas gue, bagaimana ketika sang kata ‘menunggu’ menjadi sebuah hal yang biasa dilakukan ke orang lain yang padahal saat kita rasa sendiri sangat tidak mengenakkan. Pelajaran banyak yang gue dapetin meskipun rasanya hari ini monoton tak ada hal yang special.
Kulyah pertama kemarin, gue ama temen – temen sekelas di buat menunggu oleh dosen karena salah jadwal,hampir satu setengah jam duduk dikelas dengan wajah- wajah yang mirip dengan wajah orang – orang yang ditelantarkan. Padahal dengan waktu segitu bisa membuat kami melakukan hal yang banyak entah kami yang terlalu polos atau waktu dan keadaan yang senang membuat kami merasa dipermainkan.
Hari berikutnya, ada sms berantai dari temen – temen kalau mata kulyah diajuin oleh dosen yang semula pukul 15.30 jadi 15.00, padahal itu gue belum mandi, baru nyetrika dan masih banyak ‘belum-belum’ lainnya, o ya aku juga belum sholat, kontan dengan terburu- buru gue langsung ke kampus, gue yakin ibu warung depan kampus nyadar ketika melihat ekspresi gue, niat kulyah aja dah musnah entah kemana. Sesampai dikelas ternyata dosennya belum datang dan sebenernya membuat kami menunggu juga.
Membuat gue bertanya- tanya, sebenarnya apa gue niat gak sich kulyah?? Dosen niat gak sich ngajar? Kampus niat gak membuat kita pada pinter semua? Dan tentu saja semua pertanyaan menguap dan tak terjawab satupun. Ternyata hubungan mahasiswa dengan dosen memang berjarak bulan dan bumi. Jauh.sekali.
Pertanyaan berikutnya, berhasil menohok otak dan hati gue.”setelah gue review,kata-kate ini sumpah melankolis banget, mirip kata-kata ABG labil :D”
Mahasiswa yang butuh dosen?? Dosen yang butuh mahasiswa? Kampus yang butuh dosen dan mahasiswa? Atau siapa yang butuh siapa. Tentunya kita salaing membutuhkan. Tapi terkadang kita merasa menjadi yang paling dibutuhkan sehingga tak perduli akan kebutuhan orang yang butuh kita.sekali lagi, bisa tidak kita tidak hanya sekedar menjalin hubungan simbiosis mutualisme yang terkesan dipaksakan. Dosen yang berperan penting memberikan pengetahuan kita sekarang terlihat hanya seakan – akan memenuhi tanggungjawab dan kewajiban semata tanpa melihat unsur keikhlasan akan terekamnya bahan ajar yang akan terserap otak. Waton nyampaikan. Sedang mahasiswa yang seolah – olah menjadi agen penerus bangsa (yang emang slalu diharap-harapkan orang tua saat anaknya baru lahir terpanjat doa sperti ini : “semoga, anak saya menjadi anak yang shaleh,yang berbakti pada orang tua, nusa dan bangsa”). Sekarang di kehidupan real hanya menjadi penerima pengetahuan dengan niat untuk menyeimbangi bayaran kulyah yang benar – benar menguras kejam kantong orang tua. Ya karena kita bayar mahal makanya kita kulyah. Hubungan yang benar-benar Sok penting dan sok butuh.
That’s all, maybe we are get the happiness with do the something that’s useless.
Tergantung masing-masing.
Terhadap keadaan bangsa Indonesia sekarang, gak pake heran lah sedikit gambaran tentang tulisan diatas saja kita lihat, just simple.
Karena keadaan Negara kita seperti ini memang.
& Kita masyarakatnya yang memang seperti ini. Gak usah ribet dan menyayangkan yang terjadi.Go a head!
Sesuai jalan masing-masing!
0 komentar:
Posting Komentar