^^

Pages

Kamis, 14 Juli 2011


ASUHAN KEPERAWATAN PADA ABORTUS
  1. PENGERTIAN ABORSI
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar dengan berat badan belum mencapai 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Definisi ini berbeda berkaitan dengan hukum di negara lain, Inggris misalnya. Di negara Inggris disebut abortus jika usia kehamilan berakhir sebelum 24 minggu. Lamanya kehamilan yang normal adalah 9 bulan 10 hari.
  1. KLASIFIKASI
Berdasarkan alasan terjadinya aborsi, maka aborsi dibedakan sebagai berikut,
  1. Abortus Spontan
Abortus spontan adalah keluarnya konsepsi tanpa intervensi medis maupun mekanis.
  1. Abortus Provocatus
Abortus provocatus (buatan) adalah aborsi yang dengan sengaja dilakukan (digugurkan). Aborsi jenis ini dibagi dalam dua macam, yaitu abortus provocatus artificialis dan abortus provocatus criminalis.
Abortus provocatus artificialis atau yang sering disebut pula dengan nama abortus therapeuticus merupakan penghentian kehamilan dengan indikasi medis untuk menyelamatkan nyawa ibu si janin, misalnya penyakit jantung, hipertensi esensial, dan karsinoma serviks.sebelum dilaksanakan aborsi ini perlu dicermati benar-benar apakah memang nyawa ibu hamil hanya bisa diselamatkan dengan jalan aborsi. Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli yang terdiri dari dokter spesialis kandungan, ahli penyakit dalam dan psikiatri atau psikolog.
Abortus provocatus criminalis adalah aborsi yang dilakukan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang yang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum. Bahaya dari abortus provocatus criminalis ini yaitu dapat menyebabkan infeksi, infertilitas sekunder dan kematian.
Sedangkan secara klinis aborsi dibedakan menjadi enam macam, yaitu :
  1. Abortus iminens (keguguran mengancam) yaitu abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya. Abortus ini ditandai dengan pengeluaran sekret vagina yang mengandung darah atau setiap perdarahan pervaginam yang tampak dalam paruh pertama kehamilan yang dapat diikuti dengan nyeri kram ringan yang mirip dengan nyeri menstruasi atau nyeri pinggang bawah.
  2. Abortus insipiens (keguguran berlangsung) yaitu abortus yang sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi. Abortus ditandai dengan pecahnya kulit ketuban karena adanya dilatasi serviks. Hal ini mengakibatkan kemungkinan untuk penyelamatan kehamilan menjadi sangat kecil.
  3. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap) yaitu sebagian dari konsepsi telah keluar namun masih ada yang tertinggal dalam uterus. Janin kemungkinan sudah keluar bersama-sama plasenta pada abortus yang terjadi sebelum minggu ke-10, tetapi sesudah usia kehamilan sepuluh minggu, pengeluaran janin dan plasenta akan terpisah. Pembuluh darah pada segmen bekas letak plasenta dapat mengalami perdarahan yang sangat banyak, sekalipun sudah terjadi pengerutan rahim yang ditimbulkan oleh kontraksi dan retraksi miometrium.
  4. Abortus kompletus (keguguran lengkap), yaitu seluruh konsepsi telah keluar dari uterus.
  5. Abortus tertunda (missed abortion), yaitu retensi hasil konsepsi yang telah mati dalam uterus. Gejala awal seperti abortus iminens. Dalam waktu tertentu uterus terlihat berhenti membesar atau lebih kecil akibat terjadinya absorbsi cairan amnion dan maserasi janin.
  6. Abortus habitually yaitu abortus yang terjadi berturut-turut tiga kali atau lebih.
  7. Abortus infeksiousus yaitu keguguran yang disertai infeksi sebagian besar dalam bentuk tidak lengkap dan dilakukan dengan cara kurang legeartis.




  1. ETIOLOGI
Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor. Umumnya abortus didahului oleh kematian janin.
  1. Perkembangan zigot yang abnormal
Pada tahun 1981, Poland mengidentifikasi secara morfologis adanya kelainan embrio maupun janin pada 40 % abortus yang dikeluarkan secara spontan sebelum usia kehamilan 20 minggu. Dari jumlah embrio yang dilakukan pemeriksaan kultur jaringan dan analisa kromosom, 60 % terlihat mempunyai abnormalitas kromosom. Perkembangan janin yang abnormal, khususnya dalam trimester pertama kehamilan, dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
  1. Abortus Aneuploidi
Gangguan perkembangan janin dengan kromosom yang jumlahnya abnormal. 75 % abortus aneuploidi terjadi pada atau sebelum kehamilan 8 minggu.
  1. Abortus Euploidi
Gangguan perkembangan janin dengan komponen kromosom yang normal. Jumlah normal kromosom pada manusia adalah 22 pasang kromosom autosom dan 1 pasang genosom XY. Abortus ini mencapai puncaknya sekitar 13 minggu. Sebab-sebab abortus ini umumnya belum diketahui, tetapi setidak-tidaknya ada 2 keadaan yang mungkin menjadi penyebabnya, yaitu abnormalitas genetik (misalnya mutasi genetik dan faktor-faktor poligenik) dan sejumlah faktor maternal.
  1. Faktor maternal
  1. Infeksi
Beberapa mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi pada organ reproduksi yang berkelanjutan pada terjadinya abortus. Infeksi tersebut antara lain adalah dari Listeria monocytogenes, Toxoplasma, Mycoplasma hominis, Ureaplasma, Urealyticum (tractus genetalia), Chlamydia trachomatis, virus herpes genitalis.
  1. Penyakit-penyakit Kronis yang Melemahkan
Penyakit kronis pada awal kehamilan yang melemahkan keadaan ibu misalnya TBC, hipertensi atau karsinomatosis. Pasien hamil yang menderita penyakit tersebut sering meninggal dunia tanpa melahirkan.
  1. Pengaruh Endokrin
Masalah ini bisa disebabkan oleh hipertiroidisme, diabetes melitus, dan defisiensi progesteron. Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari plasenta. Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua basalis, defisiensi hormon tersebut secara teoritis dapat mengganggu nutrisi pada konsepsi dan dengan demikian, turut berperan dalam peristiwa kematiannya.






  1. Nutrisi
Mal nutrisi berat yang paling besar kemungkinannya menjadi faktor pendukung meningkatnya kemungkinaan abortus.
  1. Obat-obat Rekreasional dan Toksin Lingkungan
Beberapa macam zat dilaporkan berhubungan dengan kenaikan insiden abortus, antara lain : tembakau, alkohol, radiasi, kontrasepsi, dan beberapa toksin lingkungan. Tembakau dan alkohol berkaitan dengan abortus euploidi sehingga dianggap sebagai embriotoksin. Radiasi dalam dosis yang cukup telah diketahui dapat menyebabkan abortus. Dosis letal minimum diyakini sekitar 5 rads. Pada saat implantasi, kemungkinan dosis radiasi yang jauh lebih rendah sudah daapt menyebabkan abortus. Alat kontrasepsi iud berkaiatan dengan kenaikan abortus septik setelah kegagaglan kontrasepsi.
  1. Faktor-faktor Imunologis
Ada 2 mekanisme utama pada abnormalitas imunologis yang berhubungan dengan abortus, yaitu aotoimun dan mekanisme aloimun. Mekanisme autoimun adalah mekanisme timbulnya reaksi seluler atau humoral yang ditujukan pada suatu lokasi spesifik pada tubuh hospes, contohnya seperti penyakit jaringan ikat lupus eritematosus Aloimun adalah timbul perbedaan pada satu spesies.


  1. Gamet yang menua
Guerrero dan Rojas (1975), gamet yang bertambah tua di dalam traktus genitalis sebelum fertilisasi berkemungkinan terjadi abortus bila nantinya terjadi konsepsi.
  1. Laparotomi
Pada umumnya semakin dekat tempat pembedahan dengan organ panggul, semakin besar terjadinya abortus. Pemberian obat-obat progesteron dalam minggu pertama atau sepuluh hari setelah operasi pernah dilakukan untuk mengurangi probabilitas abortus, meskipun kemanjuran obat- obat tersebut masih dipertanyakan.
  1. Trauma fisik dan Trauma Emosional
Baik dokter maupun orang awam dapat menghubungkan abortus dengan terjatuh atau terpukul yang baru saja dialami atau mungkin menghubungkannya dengan rasa takut. Tinjauan Tupper dan Wail ( 1962) tentang faktor kepribadian yang dikaitkan dengan abortus habitual. Ada 2 tipe wanita, yaitu wanita yang pada dasarnya belum matang dan wanita bebas yang frustasi. Dengan terapi suportif mungkin efektif, mungkin tidak sebagai tindakan mencegah keguguran pada kehamilan berikutnya.
  1. Kelainan Uterus
Kelainan uterus dibagi menjadi kelainan akuisita dan kelainan yang ditimbulkan dalam proses perkembangan janin, serta merupakan akibat dari kelainan spontan. Adapun kelainan uterus yang berkaitan dengan abortus adalah leimioma dan perlengketan intra uteri , mioma submukosa.
  1. Aspek sosial
Pengguguran kandungan dilakukan atas dasar aspek social, menginginkan jenis kelamin tertentu, tidak ingin punya anak, jarak kehamilan terlalu pendek, belum siap untuk hamil dan kehamilan yang tidak diinginkan.
  1. PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas Dari berbagai etiologi yang ada, abortus biasanya disertai dengan perdarahan di dalam desidua basalis dan perubahan nekrotik di dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat perdarahan. Konsepsi dapat terlepas sebagian atau seluruhnya dan mungkin menjadi benda asing di dalam uterus, sehingga merangsang kontraksi uterus dan mengakibatkan pengeluaran janin. Kontraksi inilah yang menimbulkan keluhan nyeri pada perut. Pengeluaran konsepsi yang disertai dengan perdarahan yang hebat dapat menyebabkan hipovolemik, lembab dan kotor pada vagina serta ketidaknyaman. Selai dari segi fisik dan biologis, ibu yang abortus juga mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan, perasaan bersalah dan penyesalan. Abortus, terutama abortus provocatus mengakibatkan kerusakan pada uterus maupun organ yang dilewati konsepsi.
  1. MANIFESTASI KLINIS
  1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.
  2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
  3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi.
  4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus.
  5. Pemeriksaan ginekologi :
    1. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva.
    2. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
    3. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan,
    4. tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
    1. Pengkajian Umum
  1. Pengkajian dasar notes pasien
Tinjauan ulang catatan prenatal sampai adanya terjadi abortus.
  1. Sirkulasi : Kehilangan darah selama terjadi perdarahan karena abortus.
  2. Integritas Ego
Dapat menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai ketakutan, marah atau menarik diri klien/ pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran dalam pengalaman kelahiran. Mungkin mengekpresikan ketidak mampuan untuk menghadapi suasana baru.
  1. Eliminasi : Kateter urinarius mungkin terpasang : urin jernih pusat, bising usus tidak ada.
  2. Makanan/ cairan : Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.
  3. Neurosensorik : Kerusakan gerakan pada sensori dibawah tindak anestesi spinal epidural.
  4. Nyeri/ kenyamanan : Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber : misal nyeri penyerta, distensi kandung kemih/ abdomen, efek-efek anestesi : mulut mungkin kering.
  5. Pernapasan : Bunyi paru jelas dan vesikuler.
  6. Keamanan : Jalur parenteral bila digunakan resiko terkena infeksi karena pemasangan infus dan nyeri tekan.
  7. Seksualitas : Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus.
  8. Pemeriksaan Diagnostik : Jumlah darah lengkap, hemoglobin/ hematokrit (Hb/Ht). Mengkaji perubahan dari kadar efek kehilangan darah pada pembedahan urinalisis, kultur urine, darah vaginalm, dan lokhea : Pemeriksaan tambahan didasarkan pada kebutuhan individual (Doengoes, MZ, & Mary P.M., 2001).
    1. Riwayat penyakit terdahulu
  1. Waktu terjadinya abortus meliputi usi kehamilan ketika abortus.
  2. penyebab mekanis yang menonjol, obat dan toksin lingkungan.
  3. Infeksi ginekologi dan obstetri.
  4. Gambaran asosiasi terjadinya “antiphospholipid syndrome” ( thrombosis, autoimmune phenomena, false-positive tests untuk syphilis)
  5. Faktor genitika antara suami istri ( consanguinity ).
  6. Riwayat keluarga yang pernah mengalami terjadinya abortus berulang dan sindroma yang berkaitan dengan kejadian abortus ataupun partus prematur yang kemudian meninggal.
  7. Pemeriksaan terkait dengan pengobatan yang pernah didapat.


    1. Pemeriksaan fisik
  1. Pemeriksaan fisik secara umum
  2. Pemeriksaan ginekologi


    1. Pemeriksaan laboratorium
  1. Kariotik darah tepi kedua orang tua
  2. Histerosangografi diikuti dengan histeroscopi atau laparoskopi bila ada indikasi
  3. Biopsi endometrium pada fase luteal
  4. Pemeriksaan hormon TSH dan antibodi anti tiroid
  5. Antibodi antiphospholipid ( cardiolphin, phosphatidylserine )
  6. Lukpus antilogulan ( “a partial thromboplastin time or Russell Viper Venom “ )
  7. Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit
  8. Kultur cairan serviks ( mycoplasma, ureaplasma,chlamdia) bila diperlukan.
Jika selama kehmilan ditemukan perdarahan, identifikasi
  1. Lama kehamilan.
  2. Kapan terjadinya perdarahan, berapa lama,banyaknya, dan aktifitas yang mempengaruhi.
  3. Karakteristik darah : merah terang, kecoklatan, adanya gumpalan darah, dan lender
  4. Sifat dan lokasi ketidaknyamanan seperti kejang , nyeri tumpul atau tajam , mulas , serta pusing.
  5. Gejala – gejala hivopolemia seperti sinkop


  1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
  2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
  3. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri.
  4. Resiko Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab.
  5. Anxiety berhubungan dengan kurang pengetahuan dan gangguan psikologis.
  6. Fatigue berhubungan dengan proses abortus dan perdarahan.
  1. INTERVERENSI
    1. Diagnosa : Resiko Defisit Volume Cairan b.d Perdarahan
Tujuan
Rencana Inteverensi
Rasional
Tujuan : blood loss severity (kehilangan darah hebat)
Kriteria hasil :
Vaginal bleeding pada level 5 (none)
    Penurunann tekanan darah sistoli
    pada level 5 (none)
    Penurunan tekanan darah diastolik pada level 5 (none)
    Penurunan kemampuan kognisi pada level 5 (none)
    a. Kaji kondisi status hemodinamika
    b. Ukur pengeluaran harian
    c. Berikan sejumlah cairan pengganti harian
    d. Evaluasi status hemodinamika
    Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik
    - cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah
    - cairan yang hilang pervaginal
    - Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif
    - Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi



    1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


Tujuan
Rencana Inteverensi
Rasional
Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi

    a. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan
    b. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
    c. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
    d. Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien
    e. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
    a. Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi
    b. Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu
    c. diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
    d. Mengistiratkan klilen secara optimal
    e. Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan dan menilai kondisi umum klien




    1. Diagnosa : nyeri akut b.d. kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan
Rencana intervensi
Rasional
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
  1. Kaji kondisi nyeri klien
  2. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
  3. Kolaborasi pemberian analgetika
  • Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun deskripsi
  • Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
  • Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral


    1. Diagnosa : Resiko Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab
Tujuan
Rencana intervensi
Rasional
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan.
    a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
    - Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan.
    - Lakukan pemeriksaan rutin pada dischart
    - Lakuakn perawatan vulva
    - Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi
    - Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama masa perdarahan
  • Perubahan yang terjadi pada dischart dikaji setiap dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi : infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital bagian luar.
  • Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart.
  • Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi
  • Berbagai manifestasi klinik dapat menjadi tanda non spesifik infeksi: demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi pada keluarga sangat penting, artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi sistem reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.


  1. KOMPLIKASI
    1. Perdarahan atau hemorrhage
    2. Perdarahan, perforasi, syok, dan infeksi
    3. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah














DAFTAR PUSTAKA


Cunningham, Gary C, dkk.1995.Obstetri Williams.Jakarta:EGC
Kusmaryanto, CB.2002.Kontroversi Aborsi.Jakarta:PT Grasindo.
Martaadisoebroto, Djamhoer dkk.2004.Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi.Jakarta:EGC.
Mitayani.2009.Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta:Salemba Medika
http://digilib.unsri.ac.id/download/MASALAH%20ABORTUS%20DAN%20KESEHATAN.pdf










0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 Dhe aDhel adhelia. Design by WPThemes Expert

Themes By Buy My Themes and Direct Line Insurance.