A. Definisi
Diabetes mellitus tipe 1 ( Insulin Dependent Diabetes Melitus ) yaitu defisiensi insulin karena kerusakan sel-sel langerhans yang berhubungan dengan tipe HLA ( human leucocyte Antigen ) spesifik, predisposisi pada insulin fenomena autoimun ( cenderung ketosis dan terjadi pada semua uisa muda ). Kelainan ini terjadi karena kerusakan system imunitas ( kekebalan tubuh ) yang kemudian merusak sel-sel pulau langerhans di pancreas. Kelainan ini berdampak pada penurunan produksi insulin.
B. Penyebab
kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimun yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
C. Manifestasi Klinis
a. Poliuria
Peningkatan pengeluaran urin.
b. Polidipsi
Peningkatan rasa haus akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel.
c. Polifagia
Peningkatan rasa lapar
d. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes lama.
e. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan antibody,
f. Kelainan kulit
Seperti gatal,bisul-bisul, biasanya terjadi didaerah ginjal,dilipatan kulit seperti diketiak dan dibawah payudara,biasanya akibat tumbuhnya jamur.
g. Kelainan genekologis
Keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama candida.
h. Kesemutan,rasa baal akibat terjadinya neuropati
Pada penderita diabetes milletus regenerasi sel persyarafan mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dariunsur protein.
i. Kelemahan tubuh
Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energy metabolic yang dilakukan oleh melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal
j. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsure makanan yang lain
k. Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensi ejakulasi dan dorongan seksualitas laki-laki banyak dipengaruhi oleh peningkatan hormone testosterone.
l. Mata kabur disebabkan katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh hiperglikemia.Mungkin juga disebabkan kelainan pada corpus vitreum.
D. Faktor Resiko
a. Kelainan genetik
Diabetes dapat menurun melalui silsilah keluarga yang mengidap diabetes.
b. Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun.
c. Gaya hidup stress
Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang cepat saji,yang kaya pengawet,lemak dan gula.
d. Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan risiko terkena diabetes.
e. Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pancreas mengalami hipertropi yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin.
f. Infeksi
Masuknya bakteri atau virus ke dalam pancreas akan berakibat rusaknya sel-sel pancreas.
E. Pencegahan
a. Pencegahan primer
Selain pengetahuan tentang factor resiko, penyuluhan kesehatan yang lain dapat juga membantu dalam pencegahan primer. Misalnya, dengan penyuluhan kesehatan mengenai pola hidup sehat, termasuk gerak badan dan pengendalian berat badan. Gerak badan, mulai dari yang ringan sampai ke yang sedang selama 30 menit setiap hari dianjurkan, bias berjalan, berenang, bersepeda, menari, dan berkebun. Berat badan dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan mengurangi factor resiko untuk penyakit kardiovaskular. Dilaporkan bahwa penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian orang dengan DM.
b. Pencegahan sekunder
Individu yang sudah diketahui berpenyakit diabetes harus diberi kemudahan untuk memperoleh penyuluhan kesehatan tentang penyakit diabetes, dukungan diet, system pendukung special asuhan medis, dan asuhan keperawatan. Dengan demikian deteksi awal terhadap komplikasi dapat diketahui dan dapat diberikan tindakan yang tepat agar perkembangan komplikasi dapat dicegah. Program unutk mendeteksi dan mengendalikan hipertensi, perawatan mata, perawatan kaki, dan berhenti merokok merupakan program pencegahan sekunder DM.
c. Pencegahan tersier
Komplikasi kronis dan akut sering kali timbul, maka perlu mengenal dan terampil melakukan pencegahan tersier agar komplikasi dapat dikurangi.
F. Komplikasi
a. Komplikasi akut
· Koma Hipoglikemia
Koma hipoglikemia terjadi karena pemakaian obat-obat diuretic yang melibihi dosis yang dianjurkan sehingga terjadi penurunan glukosa dalam darah.
· Ketoasidosis
Minimnya glukosa didalam sel akan mengakibatkan sel mencari sumber alternatif unutk dapat memperoleh energi sel.
· Koma hiperosmolar nonketotik
Koma ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intra sel dan ekstrasel karena banyak diekskresi lewat urine.
b. Komplikasi kronik
· Makroangiopati
Yang mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
· Mikroangiopati
Yang mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetika, nefropati diabetic.
· Retinopati
Adanya perubahan dalam retina karena penurunan protein dalam retina. Retinopati mempunyai 2 tipe :
ü Retinopati back graund
Dimulai dari mikroneuronisme di dalam pembuluh retina menyebabkan pembentukan eksudat keras.
ü Retinopati proliferatif
Yang merupakan perkembangan lanjut dari retinopati background, terdapat pembentukan pembuluh darah baru pada retina akan berakibat pembulah darah menciut dan menyebabkan tarikan pada retina dan perdarahan di dalam rongga vitreum.
· Neuropati diabetika
Akumulasi orbital di dalam jaringan dan perubahan metabolic yang mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf menurun kehilangan sensorik mengakibatkan penurunan persepsi nyeri.
· Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis yang nodular yang tersebar di kedua ginjal yang disebut sindrom kommelstiel-wilson.
· Dislipidemia
Peningkatan kolesterol LDL dan trigliserida yang bias mengakibatkan aterosklerosis karena resistensi insulin profil lipid pasien dengan DM tipe 2 adalah hipertrigliserida dan hiperkolesterolemia.
· Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal, mikroalbuminuria, atau proteinuria.
· Rentan infeksi seperti tuberkolosis paru, gingivitis, dan infeksi dan infeksi saluran kemih.
· Kaki diabetic
Perubahan mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati menyebabkan perubahan pada ekstermitas bawah.
G. Patofisiologis
Kekurangan insulin absolute apabila pancreas tidak menghasilkan sama sekali insulin atau menghasilkan insulin tetapi dalam jumlah yang tidak cukup, misalnya yang terjadi pada IDDM ( DM tipe 1 ). Ini akan mengakibatkan gangguan metabolisme bahan bakar, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Tubuh memerlukan bahan bakar untuk melangsungkan fungsinya, membangun jaringan baru, dan memperbaiki jaringan. Penting sekali bagi pasien untuk mengerti bahwa diabetes bukan hanya gangguan “ gula “ walaupun kriteria diagnostiknya memakai kadar glukosa serum.
H. Pemeriksaan penunjang
a. Gula darah puasa ( GDO ) 70-110 mg/dl.
Kriteria diagnostik untuk DM > 140 mg/dl paling sedikit dalam dua kali pemeriksaan. Atau > 140 mg/dl disertai gejala klasik hiperglikemia, atau IGT 115-140 mg/dl.
b. Gula darah 2 jam post prondial < 140 mg/dl.
Digunakan untuk skrining atau evaluasi pengobatan buka didiagnostik.
c. Gula darah sewaktu < 140 mg/dl
Digunakan untuk skrining bukan diagnostik.
d. Tes Toleransi Glukosa Oral ( TTGO )
Gula darah < 115 mg/dl ½ jam, 1 jam, 1 ½ jam < 200 mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl. TTGO dilakukan hanya pada pasien yang telah bebas dan diet dan beraktivitas fisik 3 hari sebelum tes tidak dianjurkan pada ( 1 ) hiperglikemi yang sedang puasa, ( 2 ) orang yang mendapat thiazide, dilantin, propanolol, lasik, thyroid, esterogen, pil KB, steroid. ( 3 ) pasien yang dirawat atau sakit akut atau pasien inaktif.
e. Tes Toleransi Glukosa Intavena ( TTGI )
Dilakukan jiak TTGo merupakan kontraindikasi atau terdapat kelainan gastrointestinal yang mempengaruhi absorbsi glukosa.
f. Tes Toleransi Kortison Glukosa
Digunakan jika TTGO tidak bermakna, kortison menyebabkan peningkatan kadar gula darah abnormal dan menurunkan penggunaan gula darah perifer pada orang yang berpredisposisi menjadi DM kadar glukosa darah 140mg/dl pada akhir 2 jam dianggap sebagai hasil positif.
g. Glycosatet Hemoglobin
Berguna dalam memantau kadar glukosa darah rata-rata selama lebih dari 3 bulan.
h. C-pepticle 1-2 mg/dl ( puasa ) 5-6 kali
0 komentar:
Posting Komentar